"Siti ... Siti ... Sayang" Satria berusaha menyadarkan Siti dari pingsannya dengan mendekatkan botol minyak kayu putih yang sudah dibuka tutupnya ke dekat lubang hidung Siti. "Sayang ... Sayang ... buka matamu, Ading," Satria menepuk lembut pipi Siti. Mata Siti terbuka perlahan dan seketika tangisnya langsung pecah. Satria menarik tubuh Siti bangun, dipeluknya erat Siti ke dalam dekapan dadanya. "Ading harus ikhlas ... harus tabah ... harus sabar, semua sudah takdir Allah, kita berdoa saja agar kai, nini, bisa melewati ini semua, dan diberikan yang terbaik dari Allah." Satria mengelus lembut kepala, dan punggung Siti. Hanya tangisan Siti yang terdengar, tak ada sepatah kata pun yang terucap keluar dari bibirnya. "Besok pagi kita berangkat ke sana, sekarang kita sholat maghrib dulu, y