Pesta

1964 Kata

Bram benar-benar menepati janjinya. Selama berada di hall tempat pesta diselenggarakan, tak pernah sekalipun ia melepas genggaman tangan Dara darinya. Meski ia harus menyapa atau menghadapi beberapa kolega yang sengaja menghampiri dirinya —yang sebenarnya begitu tidak peduli dengan keberlangsungan acara atau orang-orang yang ada di sana, Bram tetap bersama dan berdampingan dengan sang istri tercinta. Bram memang bukan pengusaha nomor satu di negeri ini, tetapi kehebatan dan ketangkasan sosok lelaki itu dalam menjalankan bisnis dan usahanya, membuatnya terkenal di semua kalangan pengusaha. Hampir semua orang segan berhadapan dengan seorang Bram. Selain sifatnya yang tidak banyak bicara, juga sikap dan tingkah lakunya yang begitu cuek —bahkan cenderung dingin ketika berinteraksi dengannya,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN