Aku berdiri di ruang tamu, memandang bayiku dan istriku. Hati kecilku dipenuhi dengan rasa bangga dan bahagia yang tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Sejak terapi terakhir, Zee terlihat lebih bahagia dan dekat dengan anak kami. Aku meraih tangan Zee, merasakan kehangatan dan kekuatan dalam genggamannya. Semakin hari perubahannya luar biasa, aku bangga padanya. Dia tersenyum, tetapi aku bisa melihat ada sedikit keraguan di matanya. Aku memahami kekhawatirannya. "Kamu tidak perlu jadi orang lain. Mereka akan menerima kamu apa adanya, seperti Mas." Acara berlangsung dengan khidmat dan menyenangkan. Aku membawa Zee kepada kerabat terdekatku. Aku merasa sedikit cemburu, melihat kekonyolan Lukas. Meski hanya bercanda aku tetap tidak terima. Ini pertama kalinya dia ingin benar-benar ber

