Pagi ini, aku terbangun dengan perasaan nyaman. Rasa kantukku segera tergantikan oleh sensasi yang berbeda saat aku merasakan sesuatu yang akrab dan menggoda. Zein sedang sibuk dengan dua benda kenyal sintal kesayangannya. Tangannya yang hangat dan lembut bergerak perlahan, memicu sensasi yang segera membangunkanku sepenuhnya. "Mas...," gumamku setengah mengantuk, mencoba menahan diri untuk tidak tertawa. Zein hanya tersenyum nakal, matanya berbinar dengan kilauan kenakalan yang khas. "Pagi, Sayang. Sudah bangun?" Aku mengangguk, berusaha mengendalikan detak jantungku yang mulai berdetak lebih cepat. "Apa ini yang disebut serangan fajar?" Dia tertawa pelan, suaranya rendah dan menggoda. "Mungkin saja. Mas hanya ingin memastikan kamu bangun dengan senyuman." "Ya ampun, Mas. Vanya kan

