Zein lelap dalam tidurnya, katanya hari ini dia izin tidak ke kantor karena kurang fit. Aku sudah mengecek suhu tubuhnya dan hasilnya normal. Mungkin Zein lelah karena dua minggu ini full bekerja, bahkan hari minggu dia masih menjamu kliennya. Usai membuat menu makan untuk Edo, aku mengantar bubur untuk Zein. Edo sudah aku ungsikan pada Bik Subi khawatir istirahat Zein terusik. Aku kembali ke kamar membawa nampan berisi sarapan untuk Zein. “Mas,” panggilku. Zein cepat menyimpan ponselnya dan menyambutku—mengambil nampan dan meletakkannya ke atas nakas. Zein menarikku duduk di atas pangkuannya. “Sudah mau berangkat?” tanyanya seraya mengendus tubuhku. “Iya, Mas sarapan sendiri nggak apa-apa?” tanyaku hati-hati. Zein sudah bangun pagi sekali untuk menunaikan ibadah dan tidur kembali

