Aku dibuat geleng kepala oleh Zein. Dia kembali mengajak kami menghabiskan waktu untuk liburan. "Mas, bukannya kita akan ke Jepang? Itu kan liburan juga," protesku saat Zein menahan kami untuk menikmati waktu hingga akhir pekan di sini. Beberapa hari ke depan agendaku lebih banyak berlibur dan mengunjungi tempat makan enak, alih-alih bekerja. Ini semua Zein yang mengagendakannya, tapi tetap tidak membuat pekerjaanku terbengkalai. "Ya nggak apa-apa. Di Jepang dan di sini kan destinasinya berbeda," jawabnya santai. "Setuju," sahut Rendi yang sedang melahap makanannya sambil sesekali menyuapi Edo di sampingnya. Kami sedang sarapan di sebuah tempat makan, menyantap mie lendir—mie kuning yang disiram dengan kuah kacang. Berbeda dengan Rendi dan Edo yang memesan nasi lemak. Aku menjelingkan

