Keyra mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan yang cukup menampung seratus jurnalis yang telah diundang oleh perusahaan Angkasa Jaya. Dia duduk didampingi oleh Giandra serta beberapa petinggi perusahaan Angkasa Jaya dari jajaran Direksi dan Komisaris. Ada rasa tak nyaman di hati Keyra menatap banyak sorot kamera. Dia berusaha untuk tenang kendati ada sesuatu yang menggema dari lubuk hatinya yang terdalam, jerit tangis yang tak berkesudahan.
Keyra menghela napas dan berusaha untuk memusatkan pikirannya.
“Selamat siang semuanya. Saya di sini hanya ingin meluruskan tentang perseteruan saya dan bapak Giandra belakangan ini. Sebenarnya antar kami hanya terjadi kesalahpahaman. Saya salah menangkap maksud pak Giandra yang ingin membangun kompleks perumahan tanpa menggusur panti asuhan. Pak Giandra dan perusahaan Angkasa Jaya tidak pernah bermaksud untuk menggusur panti asuhan kami. Karena itu saya ingin meminta maaf pada pak Giandra, seluruh dewan komisaris dan direksi perusahaan Angkasa Jaya, seluruh karyawan di perusahaan Angkasa Jaya, dan masyarakat yang sudah terlanjur melabeli perusahaan Angkasa Jaya dengan hal negatif, saya minta maaf atas kekeliruan saya dalam bertutur kata. Saya tegaskan lagi bapak Giandra dan perusahaannya sama sekali tidak bersalah dan tidak bermaksud menggusur panti asuhan Matahari.”
Bermacam sambutan terdengar begitu riuh. Ada yang menyoraki dengan teriakan huuuuhh, ada pula yang bertepuk-tangan.
“Saya mohon untuk kasus ini tidak diperbesar lagi dan tidak diperbincangkan lagi. Case closed. Dan ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan.” Giliran Giandra yang berbicara sembari mengedarkan pandangan ke segala sudut. Tatapannya beralih menatap Keyra begitu tajam. Keyra membalasnya dengan raut wajah yang datar.
“Saya akan menikahi Keyra.” Tandas Giandra tegas.
Kata-kata Giandra barusan menimbulkan beragam reaksi. Ada yang bertepuk-tangan, ada yang menganga tak percaya, bagaimana mungkin kedua insan yang pernah saling berseteru hingga membuat gempar jagad dunia maya maupun pemberitaan di media akhirnya memutuskan untuk menikah?
Acara konfrensi pers tersebut menjadi viral di media sosial. Permintaan maaf Keyra menjadi trending topic di beberapa media. Namun agaknya kabar Giandra dan Keyra yang akan segera melangsungkan pernikahan lebih mencuri perhatian publik. Beragam spekulasi muncul. Banyak menilai pernikahan mereka hanya settingan belaka. Mereka menuduh Keyra materialistik dan sedari awal kemunculannya di media sosial memang hanya untuk menarik perhatian Giandra. Ada pula yang menduga baik Keyra maupun Giandra merekayasa semua untuk menaikkan pamor perusahaan. Sebagian beranggapan Giandra mau menikahi Keyra karena Keyra mau meminta maaf di publik, atau sebaliknya, Keyra mau meninta maaf dengan mengajukan persyaratan agar Giandra mau menikahinya. Sebagian lagi memandang berita ini seperti kisah di Cinderella dan Pangeran. Seorang Giandra yang kaya raya, tampan dan direktur utama di perusahaan besar mau menikahi gadis yang tidak sederajat dalam status sosial, gadis sederhana apa adanya, berhijab dan seorang guru serta pengurus panti asuhan. Mereka mengelu-elukan Giandra sebagai seorang pangeran di dunia nyata. Mendadak banyak gadis patah hati karena keputusan Giandra untuk menikahi Keyra.
Semua pemberitaan ini berdampak signifikan pada perusahaan Angkasa Jaya. Para stakeholder yang sempat mengundurkan diri, beberapa meminta untuk bergabung kembali. Kepercayaan masyarakat kembali naik pada Giandra maupun perusahaannya. SMA Flamboyan pun menjadi heboh. Guru-guru beramai-ramai memberikan ucapan selamat pada Keyra terkait rencana pernikahannya dengan Giandra sekaligus mematahkan hati guru olahraga berusia 27 tahun bernama Bagas yang sejak awal Keyra bekerja di SMA Flamboyan sudah memendam perasaan pada guru sholehah itu. murid laki-laki yang mengidolakan Keyra pun beramai-ramai patah hati, terutama Raynald. Dia tak hanya patah hati tapi juga kecewa dan marah pada Giandra. Perasaannya pada Keyra bukan sekedar rasa cinta iseng dan tak serius ala seorang remaja. Dia benar-benar jatuh cinta pada Keyra. Sejak pemberitaan itu booming, Raynald menutup segala akses komunikasi dengan omnya. Dia tak ingin berbicara dengan Giandra.
Hari ini Keyra mendatangi sekolah dengan wajah yang sedikit lebih ceria dari sebelumnya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap menjadi seseorang yang kuat kendati berbagai persoalan pelik telah menjatuhkannya pada lubang penderitaan dan seakan dia sulit untuk keluar.
Keyra berjalan menyusuri koridor dengan mengulas senyum pada murid-murid yang menyapanya saat berpapasan dengannya. Tiba-tiba sebuah bola bergulir ke arahnya dan berhenti di ujung sepatunya. Keyra mengambilnya. Tatapannya menyisir ujung sepatu lain yang kini mematung di hadapannya.
Keyra menyerahkan bola itu pada Bagas, pemuda yang sebenarnya belakangan ini terkadang membuat hatinya berdesir karena kesholehan dan sikapnya yang santun. Jika Keyra disebut-sebut sebagai guru idola oleh murid laki-laki, Bagas adalah guru ganteng yang menjadi idola para murid perempuan.
“Makasih Key. Oya selamat Key atas rencana pernikahan kalian.” Ujar Bagas dan memaksakan kedua sudut bibirnya tersenyum.
Keyra mengangguk. Sebenarnya ada rasa sakit dan sedih mendengar ucapan Bagas yang terdengar biasa saja seolah Bagas tak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Bagas memang tidak pernah menunjukkan perasaannya secara eksplisit. Inilah yang kadang membuat Keyra bertanya-tanya, seperti apa perasaan Bagas terhadapnya. Namun mendadak ingatannya akan malam naas itu sejenak melintas di benaknya. Tiba-tiba dia merasa kotor dan jijik dengan dirinya sendiri. Dia tak akan pernah pantas untuk pemuda sholeh seperti Bagas. Rasanya dia tak akan pernah bisa menikah dengan laki-laki lain selain Giandra. Dia tak yakin ada yang mau menerimanya apa adanya setelah tahu apa yang dilakukan Giandra terhadapnya.
Keyra segera berlalu dari hadapan Bagas tanpa sepatah katapun. Bagas menatap Keyra hingga menghilang dari pandangannya. Sesaat dia berpikir, kenapa seperti ada yang disembunyikan Keyra dan kenapa pula Keyra tampak tidak bahagia dengan rencana pernikahannya?
Keyra berjalan menuju kelas 11 MIPA D. Akhir-akhir ini konsentrasi mengajarnya memang menurun tajam, namun dia berusaha untuk membangkitkan kembali semangat mengajarnya yang sempat menurun. Permasalahan berat yang tengah menderanya seakan menyerap habis pikirannya. Fisiknya sempat drop dan ia pernah izin tidak bekerja karena sakit.
Langkahnya terhenti kala sosok murid laki-laki yang sangat ia kenal berdiri menghadangnya. Tatapan cowok yang tenar akan keplayboy-annya itu begitu tajam hingga menghujam sampai ke d**a.
“Raynald? Ada apa?” Baru kali ini ia melihat ekspresi kurang ramah terlukis dari raut wajah Raynald.
“Kenapa ibu mau menikah dengan om Gian? Kenapa Bu? Bukannya kalian saling bermusuhan?”
Pertanyaan Raynald membuat lidah Keyra serasa kelu untuk menjawabnya.
Raynald memukulkan telapak tangannya ke dinding.
“Ibu tertarik dengan kegantengan om saya? Saya juga nggak kalah ganteng Bu. Atau ibu tertarik dengan uang om saya?”
Keyra mendelik. Tuduhan Raynald telah menyinggung dan menyakiti perasaannya.
“Jangan sembarangan kalau bicara Ray. Apa masalahnya? Ibu single, om-mu juga single.” Keyra menatap Raynald tajam.
“Tentu aja ini jadi masalah buatku Bu. Aku tuh suka ama ibu. Bener-bener jatuh cinta. Rasanya aku nggak terima aja ibu dinikahi oleh om aku sendiri.”
Keyra menggeleng. Selama ini ia selalu menganggap Raynald hanya iseng menggodanya setiap kali dia mengajar di kelasnya. Rupanya perasaan Raynald terhadapnya begitu serius.
“Sadar Ray. Aku ini gurumu. Jarak umur kita cukup jauh, delapan tahun. Ibu lebih cocok bersanding dengan pria yang sudah matang dari segi umur. Jalan kamu masih panjang, kamu harus merampungkan sekolahmu, kuliah, bekerja. Ibu sudah ada di fase bekerja dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk ibu melangkah ke jenjang pernikahan.”
“Tapi kenapa harus dengan om Gian Bu? Raynald meninju dinding sekali lalu berbalik dan meninggalkan guru yang sangat disukainya dengan perasaan tercabik-cabik.
*****
Keyra menata semua pakaiannya dalam koper. Dua hari lagi adalah hari pernikahannya. Dan saat itu pula dia harus mengikuti Giandra tinggal dimanapun. Hati yang masih terluka dan kepingan-kepingan hati yang belum jua rekat kembali, ia biarkan begitu saja. Dia tak lagi punya waktu untuk menata hati apalagi menyatukannya. Sekeras apapun dia mencoba untuk berdamai dengan luka itu, selalu saja berakhir dengan tangis kesedihan di sudut kamarnya. Di depan semua orang dia tersenyum, namun saat tengah menyendiri air mata itu tumpah lagi.
Berkali-kali Keyra menguatkan diri sendiri. Dia telah belajar banyak cara untuk bertahan dari segala penderitaan bahkan sejak di usia belia. Sedari kecil sering diolok anak haram, hidup dengan keterbatasan ekonomi bersama kakek angkatnya dan melecutnya untuk selalu berprestasi gemilang agar lolos kelas akselerasi dan memperoleh beasiswa, Keyra bahkan harus terus berjuang hingga saat ini.
Dia tak tahu apa motif utama Giandra menikahinya. Rasanya tak mungkin jika keintiman mereka dalam waktu semalam sanggup membuat Giandra jatuh cinta padanya, karena ia yakin Giandra sudah jauh lebih berpengalaman berkencan dengan banyak perempuan. Dia juga tak percaya begitu saja jika Giandra menikahinya hanya untuk memperbaiki citranya dan perusahaan atau untuk menarik simpati masyarakat karena keputusannya menikahi gadis panti asuhan yang sederhana dan tak tahu menahu dimana keberadaan orangtuanya. Meski alasan itu cukup masuk akal juga.
Seorang wanita yang sudah Keyra anggap kakak memasuki kamarnya dan menatapnya dengan senyum.
“Teh Nana..” Keyra menghentikan sejenak aktivitasnya.
“Key, semua penghuni panti pasti akan sangat merindukanmu.” Nana menggenggam erat tangan Keyra.
“Aku titip anak-anak ya teh. Aku janji bakal sering ngluangin waktu buat berkunjung.” Keyra tersenyum. Ada keharuan dan kesedihan yang menyeruak dari setiap celah hatinya. Panti asuhan ini menyimpan berjuta kenangan untuknya. Kakek angkatnya membangun panti asuhan ini saat dia berumur tiga tahun. Kakek dan kerabatnya mengelola panti ini bersama-sama. Meski pekerjaan kakek hanya sebagai sopir angkot, namun Allah selalu melimpahkan rezeki hingga cukup untuk membiayai anak-anak panti bersekolah dan mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Banyak donator yang memberikan bantuan bahkan juga biaya sekolah gratis.
“Anak-anak pasti akan kami jaga dengan baik Key. Oya gimana pertemuanmu dengan calon mertuamu kemarin?”
Keyra teringat kembali saat Giandra mengajaknya ke rumah orangtuanya yang baru saja kembali dari Singapura untuk memperkenalkannya. Sambutan pak Angkasa, ayah Giandra begitu hangat. Dulu dia berteman baik dengan almarhum kakeknya. Lain dengan ekspresi Bu Miranti, ibu Giandra. Dari awal pertemuan, Keyra sudah merasakan sikap kurang bersahabat yang ditunjukan calon ibu mertuanya.
“Key...”
Panggilan Nana mengagetkan Keyra.
“Ehm baik teh. Mereka baik dan ramah.”
Nana tersenyum, “alhamdulillah, mereka menerimamu meski stastus sosialmu dan Giandra berbeda jauh.
Keyra ingin menanyakan sesuatu namun ia ragu. Tapi sungguh dia sudah memendam rasa penasaran ini sejak dia terbangun dalam keadaan nyaris telanjang di kamar Giandra.
“Teh...ehm..teh Nana kan udah nikah... ehm... aku pingin nanya.... ehmm...”
“Nanya apa Key? Kenapa kamu jadi gelagapan.” Nana menaikkan alisnya dan penasaran menunggu Keyra melanjutkan ucapannya.
“Malam pertama itu gimana rasanya teh? Dan setelah malam pertama, maksudnya pagi hariya apa yang teteh rasain? Maaf teh kalau aku nanya terlalu vulgar.” Keyra menunduk dan tak berani membuat kontak mata dengan sahabat sekaligus seorang kakak angkat untuknya.
Nana tersenyum, “wajar kok kamu nanya gini. Kamu kan bentar lagi nikah. Yang pasti saat perempuan melakukan seks pertama kali, ada rasa sakit. Kalau teteh bilang, lumayan sakit banget. Ada darah yang merembes dari organ vital kita. Tapi ini nggak bisa dijadikan acuan. Kadang ada yang nggak mengeluarkan darah. Kadang selaput dara bisa robek tanpa harus berhubungan badan, ada yang karena kecelakaan, jatuh dan lain-lain.”
Keyra mengangguk, “lalu paginya apa masih sakit?”
Nana tersenyum sekali lagi, “teteh agak lupa rasanya. Tapi masih ada rasa ngilu dan sedikit sakit di bagian intim. Teman teteh malah ada yang jalannya agak sakit dan sedikit terpincang-pincang, mungkin karena waktu melakukannya benar-benar dipaksakan jadi sakit ampe mengganggu cara berjalannya. Jadi pesan teteh, saat nanti kalian malam pertama, pelan-pelan aja melakukannya.”
Keyra terpekur. Kini berjuta pertanyaan menari-nari di benaknya. Apa yang sebenarnya yang Giandra lakukan malam itu? Sekedar mencium dan meraba-raba tubuhnya atau memang sudah melakukan sejauh itu? kenapa saat itu dia tak merasakan apapun di bagian intimnya? Tak ada rasa sakit atau ngilu serta dia juga tak menemukan ada noda darah di sprei maupun celana dalamnya..
Senadainya Giandra tak melakukan lebih dari apa yang terekam di video, toh tetap saja Keyra merasa telah ternoda dengan ciuman dan sentuhan Giandra di setiap jengkal tubuhnya. Keyra sadar benar, laki-laki yang akan dinikahinya ini benar-benar misterius. Dingin, arogan, kejam namun setiap melihat sorot mata Giandra, seperti ada banyak hal yang Giandra sembunyikan.
Keyra akan mencari tahu lebih banyak tentang semua hal yang Giandra sembunyikan darinya. Setidaknya saat malam pertama mereka nanti, Keyra akan mengetahui apa dirinya memang sudah ternoda di malam naas itu, atau itu hanya akalan Giandra saja untuk mengalahkannya.