LIAM'S POV Aku tidak mau dibenci oleh siapapun lagi, terutama oleh Mevita. Saat pertama kali aku memberanikan diri untuk mengajaknya bicara, aku tahu kalau ada perasaan berbeda di dalam hatiku. Meskipun tidak boleh, diam-diam, aku berharap, dia juga akan memiliki perasaan yang sama denganku. Meski hanya untuk sesaat saja, aku ingin dia melihatku sebagai lelaki, bukan seorang yang menyebabkan keluarganya tewas dan adiknya sekarat ( koma ). Aku juga merasa senang, kalau dia menganggapku sebagai manusia, dan berpikir, kalau kami semua, masih hidup. Dengan demikian, mungkin, aku bisa memilikinya. Walaupun hanya sampai batas waktu kami habis, akan sangat menyenangkan, bila perasaanku berbalas, bukan perasaan bertepuk sebelah tangan yang gampang kandas. Aku ingin menghabiskan waktu bersamanya,

