Part 2

1101 Kata
“Aku… ini sebenarnya sedikit rumit. Sebenarnya…” Daniel menelan ludahnya susah payah. “A-aku… sebenarnya aku tau bahwa ini mungkin saja akan membuatmu berfikir bahwa aku adalah orang yang tak tau diri dan sejenisnya…” jeda sejenak, ia dapat melihat kerutan yang kini muncul didahi Amanda setelah ia mengatakan hal itu. “Bolehkah… bolehkah aku menginap di apartement mu ini hingga luka – luka yang ada diwajahku sembuh? Aku… sebenarnya aku tak mau semua ini terjadi padaku… aku takut orang tuaku melihat semua luka – luka ini dan membuat mereka menanyakan banyak hal… ja-jadi… aku memohon padamu, izinkan aku menginap di apartement mu hingga luka – luka diwajahku ini memudar, aku akan membayar jika kau mau, kumohon… aku tak punya tempat tujuan lain selain disini.” Daniel menangkupkan kedua telapak tangannya didepan wajahnya, memohon dengan wajah memelasnya. “Kau… apa kau gila? Bagaimana mungkin aku mengizinkanmu menginap di apartement ku lagi?” Amanda meletakkan proposalnya dengan kasar diatas meja makan. “Kumohon padamu, aku benar – benar tak ingin mereka melihatku seperti ini. Aku takut mereka berfikir bahwa aku menjadi seorang berandal sialan di sekolahan.” Pria itu menangkup tangan Amanda. ‘sok akrab sekali, fikirnya aku saudaranya begitu?’ omel Amanda dalam batinnya, sedikit dongkol sebenarnya. Tau begini ia lebih memilih meninggalkan Daniel pingsan di lorong kemarin, dan pura – pura tak melihatnya.  “Lalu apa hubungannya denganku? Itu urusanmu! Lagipula apa yang akan orang lain katakan jika tau bahwa kau tinggal satu apartement denganku?” tolak Amanda dan mengibaskan tangannya dari tangkupan tangan kokoh Daniel. “Tidak akan ada orang yang tau aku tinggal disini selama kita berdua tutup mulut. Lagipula, aku tak memiliki satu orang pun teman akrab untuk kumintai tolong seperti saat ini. Jika menginap dihotel pun kurasa tak ada juga hotel yang lokasinya dekat dengan sekolah kita.” Pria itu kembali mencerocos seenaknya, kini Amanda benar – benar menahan dirinya untuk tidak menjambak gemas surai pria disampingnya itu. “Kau tak memiliki seorang teman akrab untuk kau mintai tolong? Memang kau fikir kita ini teman akrab huh?” Amanda memicingkan matanya, membuat Daniel merenges konyol. “Hm, tidak juga sih sebenarnya. Ah, aku akan melakukan apapun agar kau mengizinkan aku tinggal disini. Aku bisa mentraktirmu makan apapun selama aku tinggal disini, dan aku akan mengantarkanmu kemanapun kau ingin. Apapun, asalkan orang tuaku tak mengetahui ini.” Hening selama beberapa detik, Daniel mengamati ekspresi yang keluar dari wajah gadis cantik penolongnya itu. Nampaknya Amanda tengah memikirkan tawarannya, memperhitungkan apakah presentase kerugiannya lebih kecil daripada presentase keuntungannya. Akhirnya selama beberapa detik yang begitu menegangkan bagi Daniel, pria itu harus menahan untuk tidak bersorak senang melihat Amanda yang menganggukkan kepalanya masih dengan matanya yang memicing. “Baiklah, tapi hanya sampai luka – lukamu sembuh saja. Tidak lebih. Dan seperti yang kau katakan, kau harus mentraktirku makan dan mengantarkanku kemanapun.” Daniel mengganggukkan kepalanya penuh antusias. Matanya berbinar menatap Amanda. Sejujurnya itu sedikit mengherankan bagi gadis itu, ternyata tidak semua kapten basket yang populer dikalangan siswi bergaya keren dan dingin. Mendecih lirih, Amanda tau sekarang. Nampaknya Daniel hanya bersikap menjadi sosok pendiam dan menjaga image cool hanya ketika didepan para penghuni sekolah yang tak dekat dengannya. “Aku mengizinkanmu tinggal disini, tapi kau harus tau bahwa aku tak suka jika apartementku jadi berantakan. Aku akan menendangmu dari sini jika kau meninggalkan sampah dan barang – barangmu di sembarang tempat. Jadi ingat itu, Daniel.” - Itulah sepenggal kisah yang terjadi sekitar 4 tahun lalu. Pertemuan pertama yang membuat keduanya terjebak dalam sebuah hubungan rumit. Friend with benefit. Perjanjian bahwa tidak akan ada cinta diantara keduanya, dan hanya akan memberikan keuntungan. Pagi itu seperti biasanya, Amanda dan Daniel… keduanya tertidur diatas ranjang dan selimut yang sama. haruskah dijelaskan lebih detail mengenai keadaan keduanya saat ini? Baiklah, dapat dijelaskan bahwa keadaan keduanya saat ini tengah telanjang, Amanda tertidur dalam dekapan Daniel dan diatas tulang selangkanya nampak beberapa bercak merah yang biasa kita sebut ‘kiss mark’. Maka dari segala penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa keduanya baru saja having sex. Daniel yang pertama bangun hari ini. Pria itu mengelus lembut surai kecoklatan Amanda, kembali menyadari betapa cantiknya teman yang juga merangkap sebagai partner sex-nya ini. Dewi aphrodite saja tak dapat mengalahkan kecantikan Amanda baginya, pantas saja sejak Senior High School gadis itu begitu populer dikalangan para siswa, termasuk anggota tim basketnya dulu. Bahkan kini di perguruan tinggi pun begitu. Haruskah ia bersyukur atas semua yang terjadi diantara dirinya dan gadis dalam rengkuhannya ini? Tubuh dalam pelukannya itu kini menggeliat, sempat menggerutu kecil ketika netranya yang masih tertutupi oleh kelopak matanya itu terkena sorot sinar matahari dari sela gorden kamarnya. Daniel terkekeh kecil melihat betapa menggemaskannya Amanda yang menggerutu ketika baru terbangun dari tidurnya itu, kemudian mendaratkan kecupan – kecupan ringannya pada belah ranum Amanda. “Morning my queen.” Sapa Daniel dengan bisikan lirihnya disamping telinga Amanda yang hanya dibalas deheman. “Kau tidak ada jadwal bimbingan hari ini?” hanya gelengan kepala dari gadis itu yang menjawab pertanyaan Daniel. Nampaknya elusan tangannya pada surai panjang Amanda kembali menyebabkan kantuk bagi gadis itu, hingga membuatnya memilih semakin menelusupkan kepalanya pada dada bidang Daniel. “Sudah pukul 9, kau tak ingin bangun hm?” pria itu mendaratkan kecupan – kecupan ringan disertai jilatan pada leher jenjang gadis itu yang nampak begitu menggoda. Jujur saja, disuguhkan leher semenggoda itu sejak pertama kali kelopak matanya terbuka membuat sesuatu yang bahaya kembali terbangun dari dalam dirinya. Sepertinya kegiatan semalam yang baru berakhir pukul 3 pagi tadi tak cukup membuatnya kelelahan, berbeda jauh dengan keadaan gadis yang berada dalam jangkauannya itu yang nampak begitu kelelahan, bahkan untuk membuka kelopak matanya saja terlihat keberatan. “Eungh… hentikan tingkah mesummu sialan.” Protes Amanda dengan tangan kanannya yang terangkat lemah mendorong bahu Daniel. Gadis itu memukuli lengan Daniel, berniat membuat pria itu menghentikan tingkah menyebalkannya, namun sial, tenaganya hanya tersisa 10% saja rasanya. “Kita mandi bersama, kemudian sarapan meskipun sedikit terlambat untuk dikatakan sarapan.” Dengan itu Daniel mengangkat Amanda dibahunya dengan mudah, mengabaikan pekikan Amanda memprotes Daniel yang seenak jidatnya telah menggendongnya dibahu kokoh pria itu, meloloskan tubuhnya dari balik selimut nyamannya hingga membuatnya terlihat dalam keadaan telanjang. “Sialan! Ini memalukan!” pekik Amanda yang hanya dibalas tepukan keras tangan Daniel pada pantatnya. “Aku sudah melihatmu dalam keadaan telanjang sebanyak ratusan bahkan ribuan kali, jadi kenapa kau harus merasa malu lagi queen?” ejek Daniel kemudian mendaratkan kecupan pada pinggang Amanda yang tepat berada disamping kepalanya. “Jangan meninggalkan bekas lagi diseluruh bagian tubuhku Daniel!” To be continued~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN