Malam itu Raka sungguh lelah. Jika boleh jujur, ia menyesal sudah mengangkat telepon dari Fiona dan berakhir ia harus menjemput Fiona. Raka tidak habis pikir kenapa Fiona tidak naik taxi saja? Di bandara taksi nangkring dua puluh empat jam siap untuk mengantar penumpang ke mana pun. Bukan perhitungan, hanya saja Raka sangat lelah karena ia usai lembur. Ia pikir saat pulang, ia akan langsung tidur. Namun perkiraannya salah besar. Tidak mau banyak mengeluh, Raka putuskan untuk semakin mempercepat laju mobilnya. Menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan lebih cepat lebih baik. Di pintu masuk bandara, Raka melihat Fiona yang seperti biasa mengenakan kacamata, masket, dan topi untuk menutupi wajahnya. Pria itu membuka kaca dan menatap Fiona. "Masuk, Sayang," ujar Raka. "Sayang kamu nggak