Cemburu, ya?

1500 Kata

Aku menatap cincin yang disematkan Kak Damar kemarin di jariku. Sungguh, aku tak menyangka dengan apa yang dia siapkan untukku malam kemarin. Ternyata seorang Damar Aby Satrian juga bisa seromantis, itu, loh. Oh, ya, baik aku maupun Kak Damar, kami sudah membicarakan niat baik pada orang tua masing-masing. Tentu saja disambut dengan sangat baik. Belum-belum saja bunda sudah bersemangat mengatur ini dan itu kata Kak Damar. Kami tinggal mencocokkan jadwal bersama untuk pulang ke Jogja. Lamunanku buyar saat mendengar panggilan telepon masuk. “Halo, bisa bicara dengan Mrs. Damar?” sapa seorang wanita dari seberang telepon sana. “Jangan ngadi-ngadi, deh,” jawabku jengah. Tawa renyahnya memekakkan pendengaranku. “Bu Jingga, apa Ibu memiliki waktu? Saya ingin bertemu dengan Ibu,” lanjutnya.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN