“Seakrab itu dia dengan mereka?” Ini pertanyaan pertama yang diajukan Kak Damar begitu mobil meninggalkan area butik. Aku yakin dia sempat mendengar saat Ganis dan Ridho mencie-ciekanku tadi. “Dia siapa?” Bukannya menjawab, Kak Damar malah menatapku tajam, dan itu membuat aku tak dapat menahan senyum yang merekah seketika. Aku meraih sebelah tangannya, menggenggam tangannya dengan lembut. “Mereka cukup akrab dengan Ganda, karena beberapa kali Ganda pernah jemput Jingga. Yang paling akrab itu malah, Ridho, karena orang tuanya salah satu pasien Ganda.” Kak Damar diam saja dan fokus pada kemudinya. Saat mobil berhenti di lampu merah, dia mengecup tanganku berkali-kali seperti yang dia lakukan di lift waktu itu. “Mau makan dulu nggak?” tanyanya disela kegiatannya. “Sebentar, ini mau

