Justin dan Helena masuk ke dalam butik. Helena menatap pada pakaian yang ada di dalam butik, dan dia tersenyum kecil melihat itu semuanya. Dan dia melihat beberapa gaun yang menarik perhatian dirinya.
"Sangat cantik sekali," ucap Helena menatap pada gaun di depannya.
Justin mendengarnya mengulum senyum, dan dia menatap pada Helena yang memegang gaun itu beberapa kali, dan kelihatannya Helena sangat menyukai gaun itu.
"Kamu mau?" Tanya Justin.
Helena mendengarnya menatap pada Justin dan setelahnya dia menggeleng pelan. Dan dia tidak mau membeli gaun ini, lagian gaun ini juga tak akan dipakai oleh dirinya.
"Tidak usah. Aku mau melihat gaun pengantinnya saja," kata Helena menggenggam tangan Justin. Dan keduanya melihat gaun pengantin.
Helena menatap gaun pengantin dengan tatapan takjubnya, karena dia tidak menyangka kalau gaun pengantinnya akan seindah ini.
"Ini sangat indah sekali. Dan aku tahu, kalau ini harganya pasti mahal sekali bukan?" Tanya Helena pada Justin.
Justin mendengarnya tertawa kecil, dan dia mengusap rambut Helena lembut. Lagian harga tidak menjadi masalah untuk dirinya. Yang terpenting Helena sekarang merasa senang, dan dia akan memberikan yang terbaik untuk Helena.
"Harga bukan masalah untukku sayang. Aku akan memberikan yang terbaik untuk dirimu. Asalkan kamu senang," ucap Justin.
Helena mendengarnya tertawa kecil dan dia mengangguk. Helena menatap pada pemilik butik yang tersenyum pada dirinya. Helena membalas senyuman itu, dan dia melihat pada pakaian pengantin yang diperlihatkan oleh pemilik butik pada dirinya.
"Ini gaun pengantin yang dipesan oleh Anne kemarin, dan memang ini limited edision. Dan hanya kamu yang punya seperti ini dan orang lain tidak punya," kata pemilik butik tersebut.
Dan dia menatap gaun itu dengan senyuman manisnya, dia tidak menyangka kalau gaun itu sangat indah sekali. Dan dia merasa desainnya bukan sembarangan. Atau hanya dirinya saja yang merasa?
"Ini desainnya memang dibuat sendiri oleh Mommy?" Tanya Helena, karena dia tahu kalau Anne itu sangat suka sekali mendesain. Dan dia pernah sekali ditunjukkan desain gaun yang dibuat olehnya.
Pemilik butik tersenyum mendengarnya. "Wah! Kamu sudah tahu ternyata. Ini memang desain Anne. Dan kamu sangat beruntung sekali, karena bisa memakai desain yang dia buat. Dan katanya ini untuk calon menantunya dan saya sangat senang mendengar Justin akan menikah," jawab pemilik butik itu, dan dia menarik tangan Helena untuk masuk ke dalam ruang ganti, dan dia mulai memasangkan pakaian itu pada Helena.
Helena keluar dari ruang ganti, membuat Justin yang ada di depan ruang ganti itu tertegun melihat betapa cantiknya Helena.
Tanpa make up saja Helena sangat cantik sekali, dan bagaimana kalau memakai make up dan pastinya Helena lebih cantik.
Justin berjalan mendekati Helena, dan dia mengusap lengan Helena selembut kapas. Dan dia mencium punggung tangan Helena.
"Kau sangat cantik sayang. Aku semakin mencintai dirimu setiap harinya," ujar Justin memuji Helena.
Helena yang dipuji oleh Justin menunduk malu, dan dia menatap pada tangannya yang dikecup oleh Justin. Dan dia sekarang mau terbang ke angkasa saja. Karena Justin yang mencium tangannya.
"Kamu memang sangat cantik memakai gaun ini sayang, aku saja pangling lihat kamu pakai gaun ini," kata Justin.
Helena tertawa kecil mendengarnya, dan dia menggeleng pelan. Padahal dirinya tampak biasa saja dengan memakai gaun ini.
"Aku biasa saja. Kamu sudah mencoba jas kamu?" Tanya Helena.
Justin mendengarnya mengangguk. "Sudah. Dan sudah pas. Ini ada mau yang diubah? Sudah di tubuh kamu belum? Atau agak lapang atau sempit?" Tanya Justin.
Helena mendengarnya, menatap pada gaunnya dan dia merasa sudah sangat pas padanya. Namun dia kurang fokus dengan belahan d**a yang ada di gaunnya, kenapa sangat seksi sekali?
"Tapi, di belahan dadanya sangat seksi dan terbuka. Aku nggak suka." Kata Helena.
Justin melihat itu dia mengangguk, dan memang benar apa yang dikatakan oleh Helena kalau belahan d**a itu sangat seksi dan terbuka.
"Benar. Aku tidak suka melihatnya. Bisakah ditutup?" Tanya Justin pada pemilik butik.
Pemilik butik itu mengangguk, dan dia memanggil beberapa karyawannya untuk mencoba mendesain ulang di bagian d**a. Dan mereka menaruh swarovski di belahan d**a itu, membuat belahan itu menjadi tampak lebih elegant dan baik.
"Nah, sekarang bagaimana?" Tanya wanita itu.
Helena dan Justin yang melihatnya tersenyum, dan mereka sangat suka dengan model sekarang. Karena model sekarang sangatlah tertutup di bagian dadanya.
"Suka. Dan kami akan pergi sekarang, dan untuk gaunnya sudah tahu akan diantara kapan, 'kan?" Tanya Justin.
Pemilik butik itu mengangguk. Dan dia sudah tahu kapan akan mengantar gaun pernikahan ini.
"Sudah. Dan saya akan mengantarkan tepat waktu di rumah anda," ucap pemilik butik diangguki oleh Justin.
"Baiklah. Saya permisi dulu," ucap Justin menarik tangan Helena keluar dari dalam butik.
Justin membuka pintu mobil untuk Helena, dan dia menatap datar pada seorang wanita yang melambai padanya, dan menggoda dirinya. Dia mencibir dan langsung masuk ke dalam mobil.
Helena memainkan ponselnya, dan dia menatap pada grup yang mana terisi mahasiswa dengan dosen. Dia belum mulai kuliah sepenuhnya. Dia masih mau mempersiapkan pernikahannya dengan Justin lebih dulu.
"Kamu mau makan siang dulu sayang?" Tanya Justin pada Helena.
Helena mendengarnya pertanyaan Justin mengangguk, dia memang mau makan. Tadi dia tidak sarapan banyak saat ke sini, dan dia masih ingat kalau hanya memakan dua potong roti dan itu tidak membuat dirinya kenyang.
Justin melihat Helena mengangguk tersenyum, dan dia melajukan mobilnya dan berhenti di depan restoran. Justin turun dari dalam mobil, membuka pintu mobil untuk Helena.
Helena turun dari dalam mobil, dan dia menatap pada restoran di depannya. Ini kali pertamanya Helena pergi bersama dengan Justin ke restoran semewah ini dan dia menatap pada restoran yang mereka kunjungi sekarang.
"Kau yakin mengajakku ke sini?" Tanya Helena pada Justin.
Justin mendengarnya mengangguk. "Iya, memangnya ada yang salah?" Tanya Justin pada Helena.
Helena menggeleng pelan. "Aku hanya tidak bisa makan di sini rasanya," jawab Helena, dia sungguh tidak menyangka kalau mereka akan makan di restoran ini.
Dan untung saja gaun yang dipakai oleh dirinya adalah gaun mahal dan model terbaru.
Justin melihat Helena yang menatap pada gaunnya, dia tertawa kecil.
"Sayang, kamu minder ke sini?" Tanya Justin.
Helena mengangguk mendengar apa yang dikatakan oleh Justin. Dia memang minder, dan tidak bisa untuk masuk ke dalam restoran semewah ini. Dan sekarang dirinya menatap pada pengunjung restoran yang menatap pada dirinya dan dia hanya diam saja.
Helena duduk di depan Justin, ketika kekasihnya itu memilih meja yang agak ke tepi dan tidak terlalu pojok.
"Kamu mau memesan apa sayang?" Tanya Justin pada Helena.
Helena mendengar pertanyaan Justin terdiam, dan dia menatap pada buku menu yang ada di tangannya. Dan dia mulai memesan makanan yang diinginkan oleh dirinya.
Justin memesan makanan dan dia menatap pada karyawan itu agak menjauh.
"Kamu tidak perlu terlalu forsir waktu kanu untuk kuliah. Kamu nggak kuliah juga tak masalah, dan aku bisa mendapatkan ijazahnya untuk kamu." Kata Justin pada Helena.
Helena mendengarnya tertawa kecil. Dia tidak akan melakukan itu, baginya itu bukan perbuatan yang baik. Dirinya akan tetap kuliah dan mendapatkan ijazah dengan cara yang benar.
"Aku tidak akan melakukan itu. Aku juga mencari ilmu. Dan sudah lama aku ingin kuliah, dan baru sekarang tercapai." Kata Helena memakan makanannya.
Justin mendengarnya tertawa kecil, dan dia mengusap punggung tangan Helena. Dan mencium punggung tangan Helena. Dia tahu, kalau calon istrinya ini tidak akan setuju dengan apa yang dia katakan. Helena itu anak yang sangat pintar sekali, dan kepintarannya sungguh luar biasa sekali.
"Oke. Aku tidak akan melakukan itu. Kau saja sudah mendapatkan pujian dari dosenmu, katanya kau berhasil menjawab beberapa pertanyaan ya?" Tanya Justin.
Dia punya mata-mata di kelas Helena. Sehingga dia tidak melepaskan Helena begitu saja, dia akan mengawasi Helena.
Karena dia tidak mau terjadi sesuatu pada Helena, atau dirinya kehilangan Helena. Dia tidak akan membiarkan Helena didekati oleh lelaki lain juga nantinya. Karena Helena hanya miliknya saja.
"Ya, aku tidak sepintar itu. Karena aku tahu makanya aku jawab. Dan bagaimana dengan Mommy, apakah dia masih memarahimu karena beberapa undangan yang tidak kamu setujui?" Tanya Helena pada Justin.
Justin mendengarnya tertawa kecil. Memang dia dan ibunya berdebat, karena beberapa undangan yang tidak mau disetujui olehnya mengundang beberapa orang yang tidak disukai olehnya.
"Belum. Dan aku tidak akan membiarkan Mama untuk mengundang orang itu, karena aku tidak sudi untuk berkumpul dengan mereka," ucap Justin.
Dan kalau dirinya sudah muak dengan seseorang, maka dirinya akan muak terus. Dan tidak akan mau untuk melihat wajah orang itu. Bahkan dirinya sangat ingin sekali mengusir semua orang itu.
Helena mendengarnya menggeleng pelan. Lagian Justin ini kekanakan sekali. Dan apa masalahnya mengundang orang yang dibenci olehnya?
Seharusnya karena benci sama orang itu, makanya diundang. Agar orang itu melihat Justin yang sudah sangat bahagia dan hidup dengan mapan, tanpa adanya kehilangan sedikitpun pada dirinya.
"Kamu seharusnya mengundang orang-orang itu dan perlihatkan pada mereka kalau kamu itu adalah orang yang sangat mapan, dan bahagia. Dan tidak bisa dikalahkan." Kata Helena.
Justin mendengarnya terdiam, dan kemudian dia tersenyum pada Helena. Ya. Benar apa yang dikatakan oleh Helena padanya, seharusnya dia mengundang orang-orang itu dan memperlihatkan pada mereka, kalau calon istrinya ini sangat cantik sekali.
"Benar apa yang kamu katakan sayang. Lebih baik aku mengundang mereka saja ya?" Tanya Justin.
Helena mendengar pertanyaan Justin tertawa kecil sungguh lucu sekali calon suaminya ini. Dia mencubit pipi Justin gemas.
"Iya, kamu undang saja mereka. Kamu itu harus membuktikan pada mereka, kalau kamu itu lebih segalanya dibanding mereka!" Kata Helena.
Justin mengangguk, dan dia mulai memakan makanannya. Dan menatap pada Helena memakan makanannya juga. Justin dan Helena makan dalam diam, dan di sudut sana. Ada beberapa wanita yang menatap Justin dengan tatapan penuh minat mereka. Seolah mereka sedang menarik perhatian Justin.
Salah satu wanita berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati meja Justin dan Helena. Dia menundukkan tubuhnya, dan dia tersenyum manis pada Justin.
"Halo, tampan. Kau sedang bersama saudaramu?" Tanya wanita itu, duduk di samping Justin. Dan dia mengusap lengan Justin dengan gerakan lembut menggodanya.
Justin menatap datar pada wanita itu. Dan dia berusaha untuk menyingkirkan tangan wanita itu dari lengannya.
Wanita itu masih saja terus mengusap lengan Justin, dan dia tidak peduli dengan Justin yang menyingkirkan tangannya, dia berharap kalau Justin akan tergoda dengan apa yang dilakukan olehnya sekarang.
Dan tangannya sekarang merayap di paha Justin. Justin menatap datar ke bawah, dan dia langsung menghempaskan tangan wanita itu dari sana.
Wanita itu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Justin. Dia mencoba untuk mencium rahang Justin, namun Justin segera berdiri dan duduk di samping Helena.
"Kau lebih baik pergi! Atau kau akan aku beri pelajaran! Aku sudah memiliki calon istri, dan sebentar lagi akan menikah!" Kata Justin, dan dia menggenggam tangan Helena.
Helena mendengarnya menyeringai, dan sekarang malah mengecup bibir Justin, membuat Justin merasa senang dengan apa yang dilakukan oleh Helena pada dirinya.
Justin menahan tengkuk Helena dan dia melumat bibir Helena. Membuat Helena juga membalas lumatan Justin padanya.
Wanita itu mengepalkan tangannya, dan dia sangat marah dengan apa yang dilihat oleh dirinya sekarang, dia mau memukul wanita itu rasanya. Namun dia tidak memiliki hak. Karena wanita itu adalah calon istri dari pria yang akan digoda oleh dirinya. Dan dia tidak menyangka, kalau pria tampan dan kaya itu sudah mau menikah.
Dia kira kalau wanita itu tadi saudaranya si pria.
"Aku permisi!" Ucap wanita itu dan pergi dari sana.
Helena dan Justin melepaskan lumatan mereka, dan kembali melanjutkan acara makan mereka yang sempat tertunda oleh wanita tadi. Sungguh sangat menyebalkan sekali wanita tadi.
"Sayang, setelah ini kita mau langsung pulang, atau kau masih ada mencari sesuatu?" Tanya Justin pada Helena.
Helena yang mendengarnya tampak berpikir sebentar, dan dia tidak ada lagi yang mau dicari. Dan lebih baik mereka pulang saja.
"Tidak ada yang mau dicari. Kita ke rumah Mommy, ya?" Tanya Helena, dia mau ke rumah orang tuanya Hersey.
Hersey mendengarnya tertawa kecil, dan dia mengangguk. Dia akan menuruti keinginan Helena yang ingin ke rumah orang tuanya. Dan lagian ibunya juga tidak keberatan kalau Helena datang, dan malahan kesenangan, dan maunya Helena sekalian tinggal saja di sana.
"Sebelum ke rumah orang tua aku, temani aku dulu jemput berkas di perusahaan," kata Justin, dan dia mendorong piring kosong di depannya agak menjauh.
Helena mendengarnya mengangguk, dia akan menemani calon suaminya ini, dia tidak keberatan untuk menemani Justin ke perusahaan. Malahan dia sangat senang sekali menemani Justin.
"Helena!"
Helena dan Justin melihat pada seorang perempuan yang berdiri di meja mereka.
"Kyle?" Ucap Helena, dan dia lansung memeluk perempuan itu.
Kyle adalah temannya di kampus. Teman pertamanya, dan membuat dia langsung senang dengan memiliki teman langsung teman di kampung.
"Justin, kenalkan ini Kyle, dia teman aku di kampus," ucap Helena mengenalkan Kyle pada Justin.
Justin mengangguk, dan dia hanya tersenyum tipis pada temannya Helena. Dan dia langsung merangkul pundaknya Helena.
"Jadi, anda yang dikatakan oleh Helena, kalau dia akan menikah dalam waktu dekat?" Tanya Kyle, dan dia awalnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Helena, kalau gadis itu akan menikah.
Karena umur Helena masih sangat muda sekali.
Justin mengangguk. "Iya, saya calon suaminya Helena. Dan sekarang kami sedang menyiapkan pernikahan, karena sudah semakin dekat, dan kalau kau tidak keberatan nanti datang ke pernikahan kami," ucap Justin.
Kyle mengangguk. "Pasti aku akan datang. Mana mungkin aku tidak datang ke pernikahan Helena, dia itu sahabatku. Dan aku sangat ingin melihat moment bahagia dia," ucap Kyle.
Helena tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Kyle, dia percaya kalau Kyle pasti datang ke pernikahannya dengan Justin.
Gadis itu sangat baik sekali, dan mau berteman dengan dirinya. Padahal dia tidak yakin, kalau dirinya langsung mendapatkan teman, karena selama ini dirinya selalu saja merasa tidak percaya diri, karena dirinya dari kalangan bawah.
Dan nasibnya berubah baik, karena Justin mau menikah dengannya. Dan tidak memandang dirinya yang mana dia dari kalangan bawah.
"Kau memang harus datang! Aku akan marah kalau kau tidak datang ke pernikahanku!" Kata Helena.
Kyle mendengarnya tertawa kecil, dan dia mengangguk. "Aku akan datang. Kau tenang saja, mana mungkin aku tidak datang ke pernikahan sahabatku. Kau dan Justin mau kemana?" Tanya Kyle.
Helena tersenyum. "Aku mau menemani Justin ke perusahaanya, dan maaf aku tidak bisa mengobrol lebih banyak denganmu Kyle," ucap Helena.
Kyle tertawa kecil. "Tidak masalah. Hati-hati." Ucap Kyle melambaikan tangannya.
Helena membalas lambaian tangan Kyle, dan dia keluar dari dalam restoran itu, dan sekarang dia sudah masuk ke dalam mobil Justin.
Justin menghidupkan mobilnya, dan dia melajukan mobilnya menuju perusahaan miliknya.
Justin menghentikan mobilnya di pakiran khusus, lalu dia membuka pintu mobil untuk Helena. Memasuki perusahaan dengan lift khusus yang tidak dilihat oleh karyawan.
Helena menatap pada perusahaan Justin yang sangat besar sekali. Decakan kagum keluar dari bibirnya, ketika dia sudah masuk ke dalam ruangan Justin, dan dia melihat ruangan Justin yang sangat besar sekali.
Ini lebih besar dari tempat tinggalnya dulu. Dan dia duduk di sofa, dan merasakan empuknya sofa. Jadi orang kaya memang beda ya, semuanya serba mahal dan besar. Dia tidak pernah membayangkan, kalau dirinya akan berada di posisi ini sebelumnya.
Justin melihat pada Helena, lalu mengulum senyumnya. Justin duduk di kursinya, dan dia mulai membuka laptopnya, dan dia memeriksa beberapa berkas, dan sia mengambil beberapa map di atas meja. Memeriksanya dengan teliti sebelum menandatanganinya.
Dia menutup laptopnya, dan membawa beberapa berkas ke rumah. Dan dia melihat pada Helena yang berbaring di atas sofa, dan sepertinya Helena sudah tertidur. Justin berjalan mendekati Helena, mengusap kening Helena lembut.
Dia mencium kening Helena dengan penuh kasih sayangnya. Dia tidak pernah menyangka, kalau dirinya akan mendapatkan gadis sebaik dan secantik Helena. Dia tidak pernah berkeinginan untuk mendapatkan istri yang baik dulunya.
Karena dia tahu diri, kalau dia lelaki b******k. Namun saat dirinya melihat Helena pertama kali, dia bertekad untuk memiliki Helena, dan dia tidak peduli dengan apa pun yang ada di sekitarnya.
"Kau sangat cantik sekali sayang," kata Justin, dan dia mencoba untuk menggendong Helen, dan dia masuk kembali ke dalam lift. Dan dia menekan tombol lift. Justin terus melihat pada wajah Helena yang tertidur dengan nyenyak.
Dia menyuruh penjaga depan untuk membukakan pintu mobil untuk dirinya. Dan dia meletakkan Helena perlahan di atas kursi dalam mobil.
Dia berjalan masuk ke dalam kursi mengemudi, dan dia kembali menatap pada Helena yang masih saja terlelap. Dia mencium punggung tangan Helena, sebelum dirinya melajukan mobilnya membelah jalanan.
Justin memakirkan mobilnya di depan pintu rumah orang tuanya. Dan dia keluar dari dalam mobil, membuka pintu penumpang, dan dia langsung mengendong Helena masuk ke dalam rumah.
Anne yang melihat Justin menggendong Helena terkejut. Dia takut terjadi sesuatu pada Helena.
"Helena kenapa?" Tanya Anne.
Justin meletakkan jarinya di depan bibirnya, lalu dia menggeleng pelan. "Helena hanya ketiduran Mom. Tadi Justin bawa dia ke perusahaan, dan Justin memeriksa berkas penting. Saat Justin akan mengajaknya pulang, malah dia sudah tertidur," jawab Justin.
Anne mendesah lega, dan dia sungguh takut kalau terjadi sesuatu pada Helena. Karena dirinya tidak bisa membayangkan, kalau Helena akan terluka, dia tidak akan memaafkan putranya, kalau sampai Helena terluka.
"Kamu bawa dia masuk ke dalam kamar." Ucap Anne diangguki oleh Justin.
Dia membawa Helena masuk ke dalam kamar, membaringkan tubuh Helena di atas kasur. Justin mengecup bibir Helena sekilas, dan setelahnya dia keluar dari dalam kamar.
Justin melihat pada ibunya duduk di ruang tengah, dan sedang membaca majalah. Justin duduk di depan ibunya dan tersenyum pada ibunya itu.
"Mom," panggil Justin lembut.
Anne menaikkan sebelah alisnya, dan untuk apa putranya ini memanggil dirinya sekarang. Dan apakah ada yang dibutuhkan oleh Justin sekarang pada dirinya?
"Ada apa?" Tanya Anne pada Justin.
Justin mendengarnya menggeleng pelan, dan dia mengambil minuman di atas meja dan langsung meminumnya. Dia sedang membayangkan pernikahannya dengan Helena, kalau suatu saat nanti dirinya akan menyakiti Helena.
"Mom, apakah Justin bisa menjadi suami yang baik?" Tanya Justin pada ibunya.
Anne mendengar pertanyaan Justin, mengangkat sebelah alisnya. Dan dia merasa bingung dengan apa yang ditanyakan oleh putranya.
Tentu saja Justin bisa menjadi suami yang baik nantinya. Kalau Justin tidak pernah berpikiran untuk menyakiti Helena, dan selalu menyayangi Helena. Karena Anne tahu, anaknya ini akan menjadi suami dan pria bertanggung jawab untuk Helena.
"Tentu saja. Kalau kau tidak menyimpanh dengan mencoba untuk mendekati wanita lain! Dan selalu ingat kalau kamu itu sudah punya istri. Dan kalau kau berani menyakiti Helena, Mommy tidak akan segan-segan memotong burungmu itu!" Ancam Anne pada putranya.
Justin mendengar itu meringis, lalu dia menatap pada miliknya, dan menelan ludahnya kasar. Karena dia tidak sanggup membayangkan kalau ibunya akan memotong benda pusakanya ini.
"Mom! Jangan mengada! Kalau Mom memtotongnya, maka Justin tidak memiliki hal yang paling dibanggakan oleh Justin kembali." Kata Justin.
Anne menatap sinis pada putranya bagaimana bisa putranya berlebihan seperti ini.
"Kalau kamu tidak mau itu terjadi, maka kamu jangan pernah mencoba untuk menyakiti Helena. Mommy tidak akan main-main dengan apa yang Mommy katakan! Mommy sudah sangat menyayangi Helena, dan hanya mau dia satu-satunya menjadi menantu Mommy." Kata Anne, membuat Justin tersenyum.
Tentu saja Helena akan menjadi menantu satu-satunya. Karena dia hanya akan menikah dengan Helena, dirinya tidak akan tergoda oleh wanita lain, Helena saja sudah cukup bagi dirinya. Dan untuk apa dirinya menduakan Helena. Helena itu segalanya untuknya.
Helena mendengar itu semuanya, mengulum senyumnya. Dan memang dia sudah terbangun, dan dia mencari keberadaan Justin tadi yang tidak ada di sampingnya. Dan dia turun ke bawah, dan menguping pembicaraan Justin dengan ibu pria itu.
Helena berjalan mendekati Justin, dan dia langsung memeluk Justin, dan mencium bibir Justin sekilas. Justin yang dicium oleh Helena tertawa kecil, dan dia membalas pelukan Helena pada dirinya.
"Kamu sudah bangun? Kamu tidak mau tidur lagi?" Tanya Justin pada Helena.
Helena mendengarnya menggeleng pelan, dia sudah tidak mau tidur lagi, dia mau bersama dengan Justin sekarang di sini.
"Aku tidak mau tidur lagi. Lagian kamu nggak peluk aku," kata Helena pada Justin.
Justin mendengarnya tertawa kecil, dia sebenarnya tadi sangat ingin sekali memeluk Helena, namun dirinya tahu, kalau dirinya tidak bisa melakukan itu.
Karena dirinya mau berbicara dengan ibunya. Dan dia merasa tenang berbicara dengan ibunya, yang mana dia bisa menjadi suami yang baik untuk Helena.
Dan dia tidak akan menyakiti Helena. Karena kalau sampai dia menyakiti Helena, mungkin dia tidak bisa memaafkan dirinya. Dia sungguh mencintai Helena sepenuh hati.
"Aku tadi berbicara dengan Mommy. Maaf, kalau aku tidak memelukmu sayang," ucap Justin.
Helena menggeleng pelan, lalu dia tersenyum pada calon ibu mertuanya, dia sekarang beralih untuk memeluk Anne, dan dia sungguh merindukan Anne, dan dia mau memakan masakan Anne.
"Mom, Helena mau makan masakan Mommy," kata Helena, sebenarnya dia takut mengatakan ini.
Namun dirinya sungguh sangat ingin memakan masakan Anne. Anne mendengarnya tertawa kecil, lalu dirinya berdiri dari tempat duduknya. Dan dia berjalan menuju dapur, dan akan membuatkan makanan untuk Helena.
Helena melihat itu tersenyum, dan tanpa sadar dia menangis. Dan langsung menghapus air matanya, dia tidak menyangka, kalau dirinya akan merasakan kasih sayang dari seorang ibu kembali. Dan betapa beruntungnya dia masuk ke dalam kehidupan Justin.
Dan dia berdoa pada Tuhan, untuk jangan mengambil kebahagiaannya ini, dan biarkan dirinya selalu bahagia. Karena dia sangat ingin bahagia. Dan selalu seperti ini, mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh cinta dari orang-orang yang menerimanya sangat baik sekali.
Orang-orang yang tidak pernah melihat dirinya dari kalangan miskin dan tidak punya apa-apa untuk dibanggakan pada dirinya ini.