40

1656 Kata

Nayara menggeliat pelan. Ada sensasi hangat yang menyeruak ke seluruh kulitnya, seolah ada aliran listrik lembut yang menjalari pori-porinya. Hembusan napas hangat yang mengandung aroma mint itu menyapu kulit lehernya—membangunkannya dari tidur yang belum sempat utuh. Napas itu… sentuhan itu… bukan milik angin malam. “Baby…” Suara itu berat. Serak. Dalam. Mengandung bara yang siap membakar. Nayara hanya menggumam pelan, matanya masih berat dan belum sepenuhnya terbuka. Tapi inderanya cukup peka untuk mengenali siapa pemilik suara itu. “Aku menginginkanmu malam ini…” suara itu kembali mengalun, lebih rendah, lebih dalam. Dan tepat setelah kalimat itu, bibir Adiraja mulai menjejak kulitnya. Dari dahi, turun ke pipi, lalu menyapu lembut bibir mungil istrinya. Lidahnya melukis jalur panas k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN