Alex melempar semua kertas-kertas yang tadi dia baca ke atas lantai. Ia berdiri dari kursinya dan menatap tidak senang pada Zack selaku bawahannya yang membawa berita konyol itu.
"Apa maksud ini semua Zack? Siapa yang melakukan ini?"
"Maafkan saya Tuan Grissham. Saat ini saya tengah menyelidiki dalang dari berita ini," Jawabnya. Ia menundukkan kepalanya karena merasakan kalau kemarahan Alex semakin membumbung tinggi ke langit sana. Oh ayolah, berita konyol macam apa ini? Siapa yang berani menjatuhkan Alex Grissham dengan gosip murahan seperti ini?
Dirinya pecinta sesama jenis? Yang benar saja!
Alex seribu persen pria normal. Selangkangannya bereaksi jika melihat wanita telanjang. Lalu kabar macam apa ini? Siapa orang gila yang berani bermain-main dengan seorang Grissham? Dia akan dapat akibatnya.
"Aku ingin kau mengumpulkan semua teman dekatku, Zack. Ada hal yang harus aku lakukan untuk meredam berita busuk ini."
"Baik Tuan Grissham," Pria itu mengangguk lalu memutuskan untuk keluar dari ruangan besar milik Tuannya. Alex mengusap wajahnya kasar, apakah ini ulah dari para wanita yang ia campakkan setelah selesai meniduri mereka?
Brengsek, jika itu memang ulah dari jalang-jalang sialan yang pernah dipakainya, Alex tidak akan pernah tinggal diam. Selama ini ia dikenal sebagai seorang player karena telah menaklukkan banyak wanita tapi kenapa malah berita seperti ini yang tersebar di publik.
Pria itu melepas jas hitam yang melekat pas di tubuh atletisnya, memilih untuk duduk di atas kursi putarnya lalu memejamkan mata untuk mengendalikan emosinya yang kian memuncak. Berita ini tidak bisa memberinya sedikit ketenangan jika tidak segera dimusnahkan atau ditutupi dengan kabar lain. Alex membuka matanya kembali, menampakkan iris biru yang memukau seperti berlian yang berkilauan. Rambut coklatnya yang sudah tidak serapi tadi pagi— membuktikan bahwa dia benar-benar frustasi.
Oh tentu, otaknya yang cemerlang sangat membantu Alex dalam memecahkan masalahnya. Sebelum berita itu menyebar luas dan meruntuhkan reputasinya, Alex harus bergerak cepat. Ya, dia akan melakukan cara paling fatal sekalipun untuk menjaga karakternya selama ini.
...
Gadis muda dengan rambut hitam berjalan tanpa arti di sepanjang jalan. Ia menenteng tas berukuran sedang di bahunya dan wajahnya menyiratkan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Terkadang, ia menabrak orang di depannya atau mungkin berhasil menginjak bebatuan yang menancap sempurna di tumitnya. Dia tampak tidak sehat, hari ini dia diusir secara tidak hormat dari apartemen kecil yang ia naungi selama ia menjadi mahasiswi di salah satu universitas terkenal di Toronto, Kanada. Hal itu terjadi karena gadis malang itu tidak bisa membayar tunggakan selama tiga bulan. Pekerjaannya sebagai pelayan di suatu kafe tidak seberapa ditambah biaya kuliahnya yang cukup besar.
Dia meringis dalam hati, dalam dua hari ini dia mengalami kesialan yang sangat menghancurkan hidupnya. Kemarin ia harus keluar dari universitas nya karena masalah biaya juga. Padahal gadis itu adalah perempuan cerdas tapi apalah daya, ia miskin dan sangat tidak berguna. Ada beberapa dosen yang bersedia membantu soal biaya dan semacamnya, tapi semua itu tak gratis, mereka ingin dirinya menjadi penari telanjang dalam satu malam dan barulah uang itu akan ia dapatkan. Sialan, di zaman seperti sekarang ini, kenapa seks selalu menjadi alasan nomor satu bagi seseorang untuk bertahan hidup?
Ia merogoh ponsel di saku celana jeans usangnya dan mencari sebuah nama yang ia yakin dapat membantunya dalam memecahkan masalah selama ia tinggal di Toronto.
Bunyi sambungan masih setia terdengar hingga beberapa saat kemudian suara perempuan di seberang sana menyahutnya dengan suara yang seperti bisikan,"Halo? Ada apa Sarah? Aku ada urusan."
Sarah menghela napasnya sebelum mengambil tempat duduk yang dilihatnya barusan,"Aku diusir dari apartemen. Bisakah aku mampir ke rumahmu untuk bermalam? Aku janji besok aku akan pergi."
Gadis di seberang sana tampak berpikir sebelum berkata iya pada Sarah. Jawabannya terkesan terburu-buru dan Sarah merasa bersalah karena telah mengganggu kegiatan temannya itu. Ia menyimpan kembali ponselnya dan lebih memilih untuk memerhatikan beberapa orang yang berjalan dengan pakaian mahal di tubuh mereka. Ada juga anak-anak sekolahan yang tampak berjalan berombongan dari arah kanannya— sedang tertawa bersama. Mereka jauh lebih bahagia karena tidak tahu bagaimana hidup itu yang sebenarnya atau mungkin belum saja.
Sarah mengeratkan tas di pundaknya lalu kembali berjalan untuk segera sampai di rumah temannya itu. Mungkin malam ini ia bisa berpikir lebih jernih tentang apa yang akan ia lakukan esok hari agar semuanya kembali seperti biasanya. Sarah hanya berharap, semoga semua masalah yang tertimpa padanya ini bisa menemukan titik terang agar dia setidaknya punya alasan untuk hidup.
...
Alex mengetukkan jemarinya di atas meja. Ia menatap satu persatu teman dekatnya yang berdiri heran di depannya— seakan mereka akan menemukan hukuman sekarang juga dari majikan mereka. Dia berdiri dari kursinya dan mempersilahkan beberapa orang itu duduk di atas sofa panjang di ruang kerjanya. Alex menggulung lengan bajunya hingga siku dan melepas dasi yang terikat kencang di lehernya. Tangannya meraih salah satu majalah yang ia terima hari ini lalu melemparnya secara tidak sopan ke atas meja yang berada di antara temannya.
"Lihat berita sialan itu. Aku tidak mengerti kenapa ada orang bodoh yang berani berbuat macam-macam denganku."
"Man... Aku tahu ini gila dan sangat merusak reputasi mu. Namun, apa yang bisa kami bantu? Memberi klarifikasi kalau kau itu seratus persen normal?" Tanya salah seorang teman lelakinya. Alex menatap tajam pria bermata coklat itu,"Jika itu bisa mengembalikan keadaan maka lakukanlah."
"Cih, Alex! Itu tak akan berjalan semudah yang kau pikirkan. Maksudku, kenapa tidak umumkan kalau kau punya pacar atau tunangan baru? Itu tampak lebih berguna daripada memberi statement tak jelas pada awak media," Balasnya tak mau kalah. Alex mengambil tempat di hadapan semua temannya dan menatap mereka satu persatu.
"Jake, aku mengerti maksudmu. Maka dari itu aku butuh bantuan kalian semua yang ada disini."
"Oke, kami bersedia membantu. Apa yang bisa kami lakukan?" Tanya seorang wanita bernama Leah. Alex menghembuskan napasnya kasar. Ia sebenarnya tidak ingin melakukan ini, tapi nama baiknya akan bermasalah jika dia tidak melakukannya. Oh ayolah, Alex adalah pria berkuasa, ia ingin semua orang memuja bahkan tunduk padanya. Ia tidak ingin merasa diremehkan begitu saja atau bahkan dicela oleh orang-orang sinting yang iri dengan kekuasaannya. Maka dari itu, hal apapun akan ia lakukan untuk terus mempertahankan apa yang ia punya.
"Aku berniat untuk memiliki anak dan-"
"Apa?! Anak? Kau berniat mengadopsi?"
"Bukan seperti itu Scott! Kau tak membiarkan aku berbicara."
"Oke maaf, aku hanya terlalu terkejut karena kau mengatakan ingin punya anak," Kata Scott dan menenangkan kembali pikirannya. Sialan, sahabat gilanya ini bahkan sudah menduga hal yang tidak-tidak. Alex mana mungkin menampung anak kecil yang sama sekali tak punya hubungan darah dengannya. Apalagi jika latar belakang anak itu tak baik. Sial, kenapa semua temannya mendadak menjadi bodoh begini?
"Aku berniat punya anak dan itu anakku sendiri. Disini aku meminta kalian mengenalkan ku beberapa gadis yang jelas latar belakangnya serta punya penampilan yang menarik. Jika kalian punya, kirim semua data tentang wanita itu padaku malam ini dan besok beritahu semua gadis itu datang ke kantorku untuk ku ajak dalam sebuah kesepakatan. Apa kalian mengerti?"
Suara ponsel dari Leah mengalihkan perhatian mereka semua. Leah meminta waktu sedikit untuk menjawab telepon dari temannya. Perempuan itu segera berdiri dan keluar dari ruangan Alex. Menyisakan para pria di dalam sana yang masih berbincang.
"Bung, apa kau yakin dengan keputusan mu itu? Tidak menikah? Maksudku, bukankah itu lebih memperparah keadaan? Semua akan mengecapmu sebagai pria brengsek yang menebarkan benih ke semua wanita."
Alex mengendikkan bahunya, ia lebih memilih jika orang-orang menyebutnya seperti itu daripada memandang dia sebagai pria gay yang menyedihkan. Lihat saja jika orang yang menyebarkan berita bohong itu terkuak, Alex akan memotong lidah dan dua tangannya sebagai ganjaran.
"Itu urusan belakang dan aku ingin melakukan ini. Kalian tinggal berikan aku daftar gadis yang memenuhi kriteria untuk ku hamili."
TBC
a/n : Haloo hehe, semoga kalian suka dengan episode pertama ini. Saya selalu senang jika pembaca saya puas dengan apa yang saya berikan. Terima kasih karena telah menyempatkan untuk membaca :)