Kalau Cinta Kenapa Harus Gengsi?

2107 Kata

Erlan mematung di depan pintu kamar masih sambil membopong Deya. “Buka pintunya Dey. Aku kesulitan membukanya karena sedang menggendongmu.” Deya menurut saja. Dia memegang kenop pintu dan memutarnya. Erlan melangkah masuk. Sebelah kakinya menekuk ke belakang dan mendorong pintu hingga pintu itu tertutup. Erlan menghempaskan tubuh Deya di ranjang. Mata mereka kembali beradu, menatap intens satu sama lain. Gerakan jari-jari Erlan yang menyusuri garis rahang Deya lalu beralih ke pipi membuat debaran jantung Deya semakin tak menentu. Erlan kembali mencium bibir istrinya dengan lumatan yang membuat Deya melayang, mati kutu dibuatnya, seolah hanya pasrah menerima serangan Erlan yang mulai menjelajah setiap jengkal tubuhnya dengan kecupannya. Entah bagaimana caranya Erlan begitu piawai melucut

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN