40. “Aku Rumahmu” "Kamu masih nggak mau cerita apa yang terjadi di rumah sakit?" Secangkir teh diulurkan Gala kepadaku, membuatku yang sebelumnya memperhatikan padatnya kota Jakarta seketika mengalihkan pandangan. Aku memintanya untuk mengantarku pulang namun dia justru membawaku ke kantornya dan sekarang berakhir di apartemen pribadinya. Jika normalnya aku akan memprotes sikap semena-mena Gala, kali ini aku tidak sanggup melakukannya. Kedua lututku bersatu diatas kursi balkon merasakan semilir angin malam, rasa sesak ini aku rasakan namun perlahan aku yakin akan berkurang. "Thanks." Ucapku saat menerima cangkir yang menghangatkan tanganku, rasanya sangat menenangkan, terlampau larut dalam pemikiran yang kacau balau aku bahkan tidak sadar jika aku sudah kedinginan diterpa angin malam. A

