42. Bertemu Nyonya Senja
"Ini acara keluarganya Rinjani dan kamu mengajak aku? Kirain ngajaknya karena memang nganggap aku sebagai pasangan, rupanya ujung-ujungnya gegara Rinjani juga."
Aku menahan nada suara sebalku sampai dititik terendah, namun tetap saja, Gala terlalu cepat mengenali perasaanku. Sebelah tanganku yang menggandeng tangannya diusapnya perlahan yang membuatku terpaksa melihat ke arahnya. "Berhentilah untuk berpikiran yang negatif tentangku, kamu dengar sendiri kan yang Mama bilang. Antara aku dan Rinjani, kami sudah berakhir dan aku memilihmu tidak peduli bagaimana awalnya kita berjumpa."
Aku ingin percaya, namun rasanya menyakitkan saat diingatkan olehnya jika aku hanyalah seorang yang awalnya ingin dia hancurkan. Meredam perih yang ada di dalam diriku, aku memilih un
