"Baiklah, kalau begitu kapak saya bisa pulang untuk beristirahat?" Tanya Clarissa.
Keiden pura-pura berfikir. "Kata siapa kamu boleh pulang?" Tanya Keiden membuat Clarissa mengerutkan keningnya.
"Kamu akan tinggal bersama dengan saya mulai hari ini, dirumah maupun di kantor jangan harap saya memberi ampun. Ingat peraturan yang sudah disepakati, tidak ada ucapan informal yang boleh keluar dari mulut kecil mu itu." Ucap Keiden membuat Clarissa memegangi kepalanya karena mendadak pusing.
Clarissa mengangguk dan menyetui nya. "Lalu bagaimana dengan baju saya?" Tanya Clarissa pada Keiden.
Sesampainya dirumah Keiden, pria itu mengantar kamar tidur yang terlalu mewah menurut Clarissa untuk ditempati nya. "Apa tidak salah kamar?" Tanya Clarissa pada Keiden.
Keiden menggelengkan kepalanya. "Saya cuma punya kamar yang ini, semua nya penuh terisi oleh pembantu." Ucap Keiden sembari membuka lemari pakaian Clarissa.
Clarissa menganga dibuat nya, berjejer baju kerja wanita yang nampak mewah berada didalam nya. "Saya tidak bisa menerima nya, saya memiliki baju sendiri dan akan mengambil nya esok hari." Ucap Clarissa.
Keiden menggeleng. "Aturan selanjutnya adalah, tidak boleh membantah atasan. Terapkan dalam kehidupan mu selanjutnya Clarissa." Ujar Keiden lalu pergi meninggalkan wanita itu sendirian.
Clarissa tidak menyadari bahwa dirinya telah ditipu oleh Keiden, kamar nya saat ini persis disebelah kamar pria itu. Untuk kamar lain nya tentu saja masih banyak, toh rumah Keiden sebesar satu kabupaten.
“Dia harus berada disamping ku setiap saat, tiap kali aku memikirkan nya hanya ada rasa khawatir akan keadaan Clarissa.” Gumam Ben.
***
Suara ponsel Clarissa berdering, panggilan dengan nomor telpon tanpa nama membuat wanita itu enggan mengangkat nya. Akan tetapi atmosfer nya seperti dirinya tengah melawan iblis jahat.
Clarissa memberanikan diri untuk mengangkat telepon nya. "Halo?" Ucap Clarissa.
"Aturan ketiga. Jawab telpon sebelum deringan keempat terdengar, kalau tidak akan saya beri hukuman mulai sekarang." Ucap Keiden mengancam Clarissa.
Clarissa berusaha menahan amarah nya, dengan begitu ia berusaha untuk tetap tersenyum ketika mendengarkan suara Keiden dari sebrang telepon.
"Buatkan saya makan malam." Ucap Keiden lalu mematikan ponsel nya sepihak.
Clarissa dibuat bingung bukan main, ia bahkan tidak tahu makanan kesukaan Keiden itu apa. Sebelum memasak Clarissa mengambil baju ganti dulu untuk membersihkan tubuh nya alias mandi.
Setelah sepuluh menit mandi, Clarissa pun bersiap-siap kebawah untuk memasak. "Eh, tunggu. Dimana kuncir rambut ku?" Gumam Clarissa sembari mencari keberadaan kunciran nya.
"Sedang apa?" Tanya Keiden dari luar kamar Clarissa.
"Cari kunciran pak." Ucap Clarissa sembari berlari kecil membukakan pintu nya.
Pertama kali nya, ia melihat Clarissa yang rambut nya digerai kebawah. Sewaktu kecil sampai sekarang wanita itu hanya pernah menunjukan rambut nya yang di kuncir kuda. "Apa dia sengaja menyembunyikan keindahan ini?" Gumam Keiden segera membelakangi Clarissa karena wajah nya yang terasa panas.
"Bapak duluan saja kebawah." Ucap Clarissa.
Keiden menoleh pada wanita itu, lalu menggelengkan kepalanya. "Kamu masih bisa masak tanpa kunciran kan?" Ucap Keiden dengan nada mengancam.
Clarissa mengangguk, lalu mengikuti Keiden kebawah. "Masaklah." Ucap Keiden yang kini duduk di atas meja makan.
Clarissa mengangguk, lalu membuka kulkas milik pria yang sekarang berada didekat nya. Ia mengeluarkan brokoli dan sayuran mentah lain nya, lalu diikuti dengan daging yang sekarang sedang ia iris tipis-tipis.
Clarisa merebus daging dan sayur secara bersamaan, lalu ia berikan bumbu secukup nya. Kembali lagi wanita itu mengambil piring untuk tempat nasi dan sop, lalu diletakan terpisah.
Clarissa dengan hati-hati membawakan makanan tersebut kehadapan Keiden. Keiden mencium aroma yang cukup wangi di hidung nya, lalu mulai mencoba hidangan buatan Clarissa.
"Lumayan." Ucap Keiden memakan nya dengan sangat lahap.
"Ehem, karena makan siang saya sedikit. Ambilkan satu porsi lauk lagi." Perintah Keiden membuat Clarissa mengerutkan keningnya, karena sebelum nya ia berpikir pria itu tidak menyukai masakan nya.
Keiden berjalan kekamar nya, bertiga meninggalkan Clarissa disana sendirian. "Hey, cuci piring dulu baru boleh naik ke kamar." Ucap Keiden pada Clarissa.
Clarissa sempat berfikir, kerjaan ini jauh dari kerjaan seorang sekretaris. Tapi apalah daya jika bos nya telah bersatu dengan jiwa pembulli, yang dapat membulli nya kapan saja.
Clarissa mulai membereskan mangkuk beserta piring bekas makan Keiden juga dirinya, dengan perasaan kesal dirinya mendumel tak karuan di dalam hati.
Hingga tidak sadar dibelakang nya sudah ada seseorang yang tengah menegang rambutnya. "Tetap diam dan tenang, ini perintah." Ucap Keiden dari belakang.
Clarissa pikir Keiden sedang ingin mengerjai nya, akan tetapi semua pikiran negatif nya kini berbanding terbalik. "Beginikan caranya?" Tanya Keiden tepat dibalik telinga Clarissa.
Hembusan napas hangat Keiden sampai di leher Clarissa membuat wanita itu memejamkan matanya saat Keiden mulai kembali menguncir rambutnya.
"Saya bisa kuncir sendiri kok pak." Ucap Clarissa yang telah sadar akan hayalan bodoh yang tidak mungkin pernah terjadi.
"Sudah selesai, ternyata saya memiliki bakat juga untuk mengurus anak kecil." Ucap Keiden membuat amarah Clarissa naik kembali.
Pagi hari nya, Clarissa membangunkan Keiden perlahan untuk segera berangkat ke kantor. "Pak sudah hampir siang." Ucap Clarissa mengetuk pintu kamar Keiden.
Clarissa memberanikan diri untuk masuk kedalam, karena jika ia hanya mengetuk pintu kemungkinan besar Keiden akan susah bangun.
Melihat Keiden masih tertidur pulas, Clarissa dengan perlahan memasuki kamar mandi pria itu. Dirinya berniat menukar handuk lama menjadi handuk baru yang sempat ia ambil di gudang penyimpanan.
"Sedang apa?" Tanya Keiden
Mendengar suara yang mengagetkan dari belakang, sontak Clarissa terkejut dan tidak sengaja menarik kaos oblong yang dipakai Keiden untuk menumpu tubuh nya. Keiden ikut tertarik dan membuat kedua nya terjatuh kedalam bath-up penuh yang sudah berisi air disana.
"Maaf pak." Ucap Clarissa.
Keiden memasang wajah datarnya, lalu mengembuskan napas nya dengan berat. "Untung saya belum mandi loh Clarissa." Ujar Keiden mencoba bangkit sembari membantu wanita itu juga.
Pakaian putih kerja Clarissa membuat Keiden gagal fokus, karena dalaman hitam yang kini ikut terjiplak disana. "Ka-kamu seharusnya tidak memakai kemeja putih Clarissa." Ucap Keiden gelagapan.
Bertahun-tahun dirinya menahan hasrat pada wanita, dan kini ia disunguhi pemandangan seperti ini lewat cinta pertama nya. "Mandi lagi sana." Ucap Keiden mengusir Clarissa.
Keiden tidak mau Clarissa melihat bagian bawah nya yang seperti nya berontak ingin keluar dari sangkarnya. "Atau pergi ganti baju kek." Ucap Keiden yang diangguki oleh Clarissa.
Wanita itu pergi dari pandangan Keiden dengan wajah kesal setengah mati. "Bisa-bisa nya dia mengusir ku disaat yang seperti ini." Keluh Clarissa melihat seluruh baju dan tubuh nya basah kuyup.
Padahal ini semua salah Keiden yang mengagetkan nya lebih dulu dari belakang. "Suara langkah nya bahkan tidak terdengar sedikitpun di kuping ku. Atau, jangan-jangan dia sengaja lagi melakukan itu karena tahu aku sudah mandi pagi." Ucap Clarissa penuh curiga pada bos nya itu.
Clarissa terpaksa harus mandi lagi dan mengganti baju nya kembali. "Setidaknya dia sudah bangun." Ucap Clarissa.
Hampir satu jam untuk menunggu kesiapan Keiden dan Clarissa rapih dan siap untuk ke pergi ke kantor, untung nya mereka berdua sudah selesai menikmati sarapan nya pagi ini dengan cepat.
Dilanjut Keiden dan Clarissa yang berangkat kerja bersama dengan menggunakan supir pribadi pria itu, hingga kini mereka sampai di kantor.
Keiden seperti biasa setiap paginya akan disambut oleh beberapa karyawan nya didepan lobi. Dengan tampang sangar Keiden saat ini, Clarissa baru menyadari ketampanan pria itu saat sedang menghadapi situasi serius. "Bukankah yang tadi itu terlalu kaku, kenapa tidak memilih untuk menerbarkan senyuman dibanding menebar ke jutekan wajah bapak?" Tanya Clarissa.
"Terlalu banyak omong." Balas Keiden sembari memasuki lift bersama dengan Peter dan Clarissa.
Keiden melirik Clarissa yang sedari tadi memanyunkan bibir nya. "Peter." Panggil Keiden.
"Hadapkan tubuh mu kebelakang dan tutup telinga mu sekarang juga." Perintah Keiden pada Peter.
Peter mengangguk, lalu segera membalikan badan nya juga menutup telinganya sembari membelakangi Keiden dan Clarissa.
Sedangkan Keiden menarik tubuh Clarissa kedalam pelukan nya. "Kenapa terus memanyunkan bibir mu ketika tengah berada didekat saya?" Bisik Keiden pada Clarissa yang kini tersentak kaget dengan wajah memerah.
Lanjut?
Tekan love dan tulis komentar nya!