Bab.8a

730 Kata
Beberapa tahun lalu. “Keiden, tolong letakan ini di perpustakaan. Lalu cari dimana biasanya Clarissa saat tidak di kelas.” Ucap sang guru melihat anak murid nya yang bernama Clarissa tidak berada ditempat. Keiden melirik sekilas bangku Clarissa yang mana tas wanita itu masih ada disana, berarti ada harapan kalau Clarissa tidak pergi dari sekolah. Keiden mengambil beberapa tumpuk buku untuk diletakan nya di perpustakaan sesuai dengan perintah ibu guru nya. Saat ia selesai meletakan semua nya, pria itu dengan santai mencari keberadaan Clarissa. “Wanita itu kalau ngga dilapangan berarti ditempat itu.” Ucap Keiden sembari melangkah ke arah belakang gedung sekolah yang terdapat taman dan bangku-bangku kecil disana. Keiden mengintip dari kejauhan dan benar saja, Clarissa nampak sedang menangisi hal yang tidak pria itu ketahui alasan nya. Keiden melihat adik kelas nya yang sempat bermain tinta, lalu dengan cepat ia mengolesi tinta itu pada tisu yang berada di kantong nya. Lalu kembali pada Clarissa. “Kamu gak bosan nangis?” Tanya Keiden melihat si Clarissa cengeng yang terus menangis se-masa SMA. “Ngapain kesini?” Tanya Clarissa ketus. Keiden menggeleng. “Bu Manda nyariin tuh dikelas.” Ucap Keiden. “Jangan bilang karena gagal ikut kompetisi lagi ya?” Ledek Keiden membuat Clarissa semakin menangis ketika mendengar penuturan laki-laki dihadapan nya yang memang benar ada nya. Tanpa basa-basi, Keiden memberikan tisu yang berada ditangan nya. Clarissa dengan bodoh nya mengambil tisu itu untuk membersihkan hidung nya dari ingus. Keiden yang melihat kejadian itu persis didepan matanya harus menahan ketawanya sebisa mungkin. Hidung Clarissa kini persis seperti tompel hitam. “Kenapa liat-liat?!” Tanya Clarissa dengan galak pada Keiden. Sesampai nya dikelas, wanita itu berhasil menjadi bahan tertawaan teman-teman mereka. Clarissa yang masih tidak sadar, tak sengaja melihat tisu pemberian Keiden yang awal nya bewarna putih bersih kini menghitam. Tahu kalau Keiden sedari tadi mengerjai nya pun, Clarissa tidak segan-segan menendang lutut Keiden hingga tubuh laki-laki itu tersungkur kedepan dan ikut ditertawai anak-anak dikelas. “Satu sama Keiden.” Ucap Clarissa tak mau kalah. Wanita itu dengan cepat membersihkan hidung nya dan duduk dibangku nya kembali. Keiden tidak merasa malu sama sekali, malahan ia senang sudah bisa membuat Clarissa tertawa saat itu. Kembali lagi ke masa saat ini, Clarissa terlihat meraba area tubuh nya. “Ada apa?” Tanya Keiden melihat Clarissa yang bertingkah aneh. “Bisa saja tikus itu mengigit ku.” Ucap Clarissa ketakutan membuat Keiden menggelengkan kepala. “Kamu tidak mungkin digigit, kalau aku baru mungkin.” Ucap Keiden lalu pergi meninggalkan Clarissa dan kedua orang tua nya disana setelah meminta izin pergi untuk kekantor. Sesampai nua dikantor, Keiden melihat jam ditangan nya yang menujukan pukul sembilan kurang lima menit. “Dimana Clarissa.” Gumam Keiden. “Maaf pak saya hampir saja telat.” Ucap Clarissa pada Keiden. Keiden mengangguk merasa cukup maklum, lalu melirik wanita dihadapan nya yang tengah memegang bunga. “Ada yang menyuruh mu kemari dengan membawa bunga?” Tanya Keiden seakan dirinya tidak tahu menahu perihal bunga yang sebenarnya adalah milik nya untuk Clarissa. “Ah, maaf saya gak sempat masukin ke dalam ruangan karena ini tergeletak dibawah pintu ruangan saya sebelum nya.” Ucap Clarissa mencoba untuk terus bersabar. “Tolong bacakan jadwal seperti biasanya.” Perintah Keiden pada Clarissa dengan tingkah yang sok cuek padahal mata nya terus melirik wanita itu. Clarissa mulai membacakan jadwal Keiden dihari ini hingga selesai. “Oiya pak, saya lupa menyampaikan kalau dua hari lagi ada dinas ke luar kota.” Ujar wanita itu. Keiden mengangguk, lalu tersenyum mengingat mungkin saja kesempatan baru akan berpihak pada nya saat itu. “Kamu juga harus bersiap, karena kamu pasti akan ikut dengan ku.” Ucap Keiden dengan senyuman tipis dibibir indah nya. Clarissa mengangguk setelah menghela napas panjang. “Saya akan keluar lebih dulu, untuk menemui wakil direktur baru kita.” Ucap Clarissa. “Tunggu, wakil direktur?” Tanya Keiden mengulang perkataan Clarissa. Clarissa mengangguk. “Apa bapak belum diberitahu pak Rey tentang ini?” Tanya Clarissa. Clarissa baru ingat, Keiden sudah lebih dulu pergi saat sarapan sedangkan Rey ayah dari pria itu baru memberitahu nya tadi pagi. “Siapa nama wakil direktur baru itu?” Tanya Keiden dengan penuh hati-hati seakan tahu bahwa siapa yang mungkin saja akan menjadi calon nya. Clarissa mengingat kembali nama itu. “Pak Kenzo?” Ujar Clarissa lupa menanyakan nama belakang nya pada Rey. Keiden terdiam cukup lama, lalu mengembuskan nya napas perlahan. “Saya izin untuk pamit keluar.” Ucap Clarissa. “Tunggu.” Ujar Keiden menahan langkah Clarissa untuk keluar dari ruangan nya. “Jangan temui dia.” Lanjut Keiden memerintah Clarissa untuk tidak menemui wakil direktur baru yang bernama Kenzo. (Keiden mau punya saingan nih :3)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN