Shopping Time

1073 Kata
“Hei Wanita! Apakah kamu tidak bisa merawat dengan lebih lembut? Mana ada dokter sepertimu yang membuat pasien tambah sakit!” Gerutu Raymond sambil melotot pada Sierra. Sierra memutar bola matanya dengan sebal mendengar gerutuan Raymond. “Salah sendiri, kau kan bukan tak tahu kalau aku tidak memiliki izin dokter!” Balas Sierra santai. Kalau bukan karena Raymond yang terus memaksanya, sudah pasti Sierra tidak akan melakukan tindakan medis tanpa memiliki lisensi kedokteran. Sudah pasti dia tidak akan membantu membersihkan dan merawat luka Raymond. “Ck.” Raymond berdecak kesal dan membuang muka. Sekuat tenaga dia menahan agar tidak ada keluhan kesakitan keluar dari mulutnya sedikitpun, namun tangannya terlihat menggenggam erat sandaran tangan disamping di sisi kursi. Sierra melirik sekilas melihat kondisi Raymond, mendadak wajahnya sedikit terkejut, dia teringat kejadian malam itu dimana ia membantu Raymond mengeluarkan peluru dari perutnya. Saat itu, Sierra mengeluarkan peluru bahkan tanpa bantuan anestesi dan Raymond tidak terlihat sesakit saat ini. Bibir Raymond terlihat pucat pasi. Melihat hal itu, tatapan mata Sierra terlihat sedikit melembut. “Hmm…ini akan menimbulkan sedikit rasa sakit. Tahan sedikit lagi ya.” Sierra berkata dengan suara yang kecil. “Heh…ternyata kamu bisa perhatian juga. Kupikir hatimu dari batu.” Suara bariton Raymond terdengar dari atas kepala Sierra. Mendengar jawaban Raymond, Sierra memutuskan untuk tidak menjawab apapun dan hanya diam. Bagaimanapun juga dia bukan lah orang berhati batu. Dengan cepat dan selembut mungkin Sierra membersihkan luka dan mengoleskan obat untuk mengatasi infeksinya, kemudian ia membalut luka itu dengan hati-hati. Berusaha semampunya untuk tidak membuat Raymond merasa nyeri. “Lukamu sudah mulai terinfeksi, jika kamu tidak mau mati pilihannya hanya ada dua. Pertama kamu pergi ke rumah sakit untuk melakukan perawatan intensif dan operasi, yang kedua bersihkan dan obati lukamu tepat waktu. Jangan jorok.” Sierra berkata sambil mengerutkan keningnya. Seakan tidak mendengar perkataan Sierra, Raymond memberikan kode pada pelayan nya untuk menuangkan segelas minuman beralkohol, kemudian segera meminumnya dengan wajah cuek. Begitu gelas itu hampir mencapai bibirnya, tangan Sierra secepat kilat merebut gelas itu dan membuang isinya ke lantai. “Hey!” Baru saja Raymond siap berteriak untuk memaki, tetapi melihat wajah serius Sierra, Raymond mengurungkan niatnya dan kembali duduk manis. “Tidak boleh minum minuman beralkohol, merokok dan makan makanan pedas. Ini perintah dokter.” Sekilas ujung bibir Raymond mulai naik membentuk senyuman di wajah tampannya. “Tapi tadi kamu bilang, kamu bukan dokter.” “Benar sekali. Ucapanmu tidak salah, kamu sudah merasakan sendirikan bagaimana cara kerjaku saat aku bukan seorang dokter.” Sierra memberikan senyum termanis nya sambil menatap tajam Raymond. Melihat senyum manis dan pandangan membunuh itu, bukan membuat Raymond terpesona, melainkan dia merasakan hawa dingin yang mengalir di punggungnya, bulu kuduknya merinding, dan dia memilih diam dan mengalihkan wajahnya dari pandangan Sierra. “Serius atau tidak serius, kamu sama-sama menakutkan.” Gumam Raymond sepelan mungkin. Sambil mempertahankan raut wajah dinginnya, Sierra tidak memperdulikan perkataan Raymond, kemudian dia menadahkan tangan kanannya kepada Raymond. “Tuan Muda, Saya sudah selesai melakukan perawatan untuk Anda, saatnya Anda menyelesaikan pembayarannya.” Sudut mata Raymond terasa berkedut mendengar perkataan itu. Dia melirik kesal pada Sierra, yang masih tetap memperlihatkan wajah yang seakan berkata bahwa apa yang dilakukannya saat ini adalah hal yang wajar. Memang di surat kontrak kerja Sierra tertulis, bahwa wanita ini akan mengambil gaji harian. Ini artinya, Raymond harus memberikan uang setiap hari kepada Sierra. Sambil menahan diri agar tidak terlihat bodoh di depan Sierra, Raymond melirik Gina. Memahami arti tatapan itu, Gina segera mengangguk dan pergi kembali ke dalam rumah. Tak lama ia kembali dengan membawa sebuah amplop putih yang terlihat tebal di tangannya. Dilihat sekilas saja sudah bisa dipastikan jumlah uang yang didalamnya tidaklah sedikit. Dengan gembira Sierra menerima amplop itu dari Gina sambil berkata, “Terima kasih Tuan Muda. Oh ya, sore ini aku akan membawa Ans pergi keluar. Kau beristirahat lah di rumah. Jika ada apa-apa, segera hubungi aku.” Selesai berkata, Sierra langsung berbalik dan pergi dengan langkah gembira, kedua tangannya memeluk amplop itu erat di dadanya. Dia meninggalkan Raymond begitu saja, bahkan tak sekalipun ia menengok ke belakang untuk melihatnya. Raut wajah Raymond semakin terlihat tidak enak dilihat. “Tuan Muda?” Tanya Gina dengan suara yang hanya dapat didengar oleh Raymond. “Selalu pantau mereka.” Tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari punggung Sierra yang semakin menghilang, wajah Raymond sudah berubah dari merajuk ke versi serius. Sangat serius bahkan. “Baik.” Gina melangkah pergi setelah mendapatkan instruksi dari Raymond. Sambil bergandengan tangan, Ibu dan anak ini pergi ke mall terdekat. Terlihat kegembiraan di kedua wajah mereka. Saat Sierra membawa Ans meninggalkan Kediaman Raeschell, ia hanya membawa barang-barang yang ia beli dengan uangnya sendiri dan sedikit tabungan yang dimilikinya sebelum ia memasuki keluarga Raeschell. Saat itu, hidup mereka berdua benar-benar memprihatinkan. Sekarang, akhirnya Sierra bisa menghasilkan uang nya sendiri, tentu saja dia harus membawa Ans berbelanja. Tujuan pertama mereka adalah sebuah toko pakaian. Saat hendak memasuki toko itu, Sierra melihat di salah satu etalase terpajang satu set pakaian santai keluarga berwarna krem. Set pakaian itu ditujukan untuk sebuah keluarga yang terdiri dari tiga orang. Dengan menghela nafas panjang, Sierra memberikan senyum termanisnya saat melihat Ans menengok melihatnya, lalu ia menggandeng Ans masuk ke toko itu. “Ans, coba pakai ini.” Sierra memilihkan satu set pakaian yang menurutnya akan membuat Ans terlihat semakin tampan dan imut. Sementara Ans memasuki ruang ganti untuk mencoba pakaiannya, Sierra menemukan sebuah gaun berwarna senada dengan pakaian Ans dan mencobanya. Gaun berwarna biru langit itu sangat pas di tubuhnya. Desain kerah gaun yang tinggi membuat Sierra tampang tinggi dan langsing, gaun tanpa lengan itu juga memperlihatkan kedua lengannya yang berwarna putih s**u dan mulus. Ans tampil dengan setelan berwarna biru tua, baju itu sangat cocok sekali dengan wajahnya yang imut, membuatnya tampil semakin keren. Sierra pun mengangguk puas. “Baju ini cocok tidak untuk Ibu?” Tanya Sierra sambil berputar pelan di depan Ans membuat bagian rok gaun itu berputar indah di sekelilingnya. Ans segera mengangguk dengan penuh semangat. “Cocok sekali! Didunia ini, Ibu wanita yang paling cantik.” Ibu dan anak ini saling menatap sesaat dan kemudian mereka tertawa lepas penuh kebahagiaan. Semua orang di dalam toko, menengok ke arah mereka, tertarik dengan suara tawa yang terdengar begitu bahagia. Tak sedikit dari mereka yang ikut tersenyum melihat Ibu dan anak yang begitu cantik dan imut dengan pakaian berpasangan yang sedang tertawa bersama. Ketika Sierra dan Ans hendak mencoba pakaian yang lain, seorang gadis cantik menghampiri mereka dengan langkah tergesa-gesa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN