Terima Kasih dan Mohon Maaf

1183 Kata
Sejenak hanya kata-kata Profesor Gerald yang terdengar di telinga Sierra. “Apakah kamu bersedia menjadi muridku lagi?” Sierra hanya dapat mengangguk-angguk seperti boneka selamat datang di toko-toko. “Tapi ada yang perlu kamu ingat, ketika Saya menerima seorang murid, bakat hanyalah salah satu aspek. Aspek yang paling utama dan yang paling penting adalah semangat dan pengabdian untuk dunia kedokteran seumur hidup. Kesembuhan pasien adalah yang terpenting.” Profesor Gerald menatap Sierra dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki. Penampilan Sierra saat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang memiliki hubungan dengan dunia medis dan kedokteran. “Lima tahun yang lalu, apa alasan kamu menolak surat penerimaan itu? Pikirkan baik-baik jawabanmu, sebaiknya alasanmu sangat masuk akal, sehingga aku bisa memaafkanmu yang telah meninggalkan dunia kedokteran ini.” Alasan apa? Tiba-tiba Daniel menegang karena terlalu terkejut. Jasmine yang memegang lengannya ikut tersentak merasakan ketegangan Daniel. Apakah di depan publik dan Jasmine, Sierra akan mengatakan kepada Profesor Gerald bahwa alasan dia tidak bisa menjadi muridnya lima tahun lalu, karena dia telah menjadi Nyonya Muda Keluarga Raeschell. Walau Sierra mengatakan alasan sesungguhnya dengan jujur, tidak bisa memastikan Profesor Gerald akan menerimanya kembali, tetapi jika Sierra menolak menjawab, konsekuensinya akan lebih berat dan tak terduga. “Sebaiknya kamu tidak berbohong. Untukku, kebohongan adalah hal yang lebih tidak bisa diterima dibandingkan sikapmu yang tidak serius terhadap dunia kedokteran.” Suara Profesor Gerald terdengar lagi, dengan matanya yang lebih tajam daripada pisau bedah, seakan-akan bisa membelah jiwa Sierra dan melihat jawaban yang tersimpan disana. Bulu mata Sierra bergetar dengan cepat, semua orang memasang telinga dengan jantung berdebar-debar menunggu jawaban Sierra atas pertanyaan Profesor Gerald. Apa sebenarnya alasan seorang wanita penjual kotak makanan beranak satu, sehingga berani menolak undangan khusus dari seorang Profesor ternama di seluruh dunia, yang bersedia menjadikan wanita itu murid khusus yang akan dibimbingnya secara pribadi lima tahun lalu? Sierra tetap terdiam, seluruh area itu pun menjadi sunyi senyap, hanya suara semilir angin yang terdengar sesekali. “Profesor Gerald, tentang alasan mengapa saya tidak bisa menerima bimbinganmu lima tahun lalu. Saya..” Akhirnya, suara gemetar Sierra terdengar Saat itu, semua mata terfokus pada Sierra, beberapa pasang mata menatap dengan sarat kebencian dan ada sepasang mata menatap dengan penuh rasa penasaran. Sekilas Sierra melihat ke orang-orang yang menatapnya dengan penuh kebencian, dan mendadak Sierra tersadar. Sebesar apapun keinginannya untuk belajar dari Profesor Gerald dan menebus kesalahan lima tahun yang lalu, dia tidak boleh melupakan bahwa akan banyak orang yang semakin membencinya jika dia ceroboh. Terutama satu orang yang saat ini mati-matian sedang berusaha dia lupakan. Perlahan Sierra menundukkan kepalanya, mengulurkan tangan dan mengelus kepala Ans dengan pelan, senyum lembut penuh kasih muncul di bibir tipis Sierra yang berwarna merah muda alami, “Lima tahun yang lalu, Saya mendapatkan hadiah yang begitu berharga dari Tuhan. Dia memberikan Ans untuk menemani hari-hariku dan Saya telah mengecewakan Anda, menyia-nyiakan kesempatan dan kebaikan yang telah Anda berikan karena keputusan egois Saya waktu itu. Hal ini sudah sejak lama menjadi beban pikiran Saya, sudah menjadi niat Saya, jika suatu hari nanti Saya diberikan kesempatan dapat berselisih jalan dengan Profesor, Saya ingin sekali mengatakan kepada Anda, Terima kasih dan Mohon Maaf sedalam-dalamnya.” Sierra membungkukkan tubuhnya dengan postur sempurna, memberikan penghormatan terdalam kepada Profesor Gerald. Saat semua orang mendengarkan perkataan Sierra, serentak semua orang mengalihkan pandangannya ke Ans. Di bawah tatapan banyak orang, bocah kecil itu tersenyum penuh kekaguman dan pandangan penuh cinta dan kasih sayang kepada Ibunya terpancar begitu kuat. Melihat Ibunya masih memberikan penghormatan kepada Profesor Gerald, dengan segera Ans juga membungkukkan badan kepada Profesor Gerald dan mengucapkan, “Aku juga mengucapkan terima kasih dan mohon maaf sebesarnya Kakek Profesor.” Melihat Ibu dan Anak ini memberikan penghormatan dengan tulus, Profesor Gerald perlahan mendorong kacamata di pangkal hidungnya. Pandangannya tidak lagi terlihat seserius sebelumnya, bahkan sekilas terlihat kehangatan terpancar dari matanya dan sebuah senyum tulus terbentuk di bibirnya. “Baiklah, untuk kali ini Aku mengalah kepada kalian Ibu dan Anak. Jika kedepannya terjadi lagi hal yang seperti ini, jangan salahkan Aku jika Aku memberikan hukuman yang keras kepada kalian.” “Maaf, Profesor.” Tiba-tiba Sierra memotong perkataan Profesor Gerald, sehingga membuat tangan Profesor yang terulur ingin mengusap kepala Ans tertahan di udara. “Profesor Gerald, Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas kesempatan yang Profesor berikan kembali kepada Saya, tetapi kali ini pun, Saya memohon maaf dengan sangat, karena sekali lagi Saya masih harus mengecewakan Profesor dengan menolaknya.” Mendengar kalimat Sierra, semua orang memberikan pandangan terkejut dan terheran-heran, bahkan Daniel pun kali ini tidak dapat mempertahankan wajah tanpa ekspresinya, dahinya berkerut sesaat karena terkejut. Apa wanita itu sudah gila? Tahukah dia betapa sulitnya mendapatkan kesempatan dari Profesor Gerald, dan dia menolaknya begitu saja? Apalagi kali ini alasannya menolak? “Hei, Wanita! Apa kamu gila?” Di sisi lain, Tuan Muda Raymond meneriakkan kalimat yang sesuai dengan isi hati Daniel. Raymond meraih pergelangan tangan Sierra dengan wajah penuh ketidakpercayaan dan menarik Sierra agar melihat ke arahnya. Sierra tersenyum tipis dan melepaskan tangan Raymond dari dirinya. “Aku tidak gila, Aku tahu betapa berharganya kesempatan ini, dan Aku juga sangat berterima kasih kepada Profesor Gerald yang tetap mempercayaiku, tetapi aku sudah membuat keputusan.” Sierra menatap Raymond dengan tatapan yang tenang dan terlihat tekad nya yang sudah bulat disana. “Ka-Kamu…” Tangan Profesor Gerald bergetar keras sambil menunjuk ke arah Sierra. Kekesalannya yang memuncak membuat Profesor Gerald bahkan sampai tidak dapat berkata-kata. Setelah berkali-kali menarik napas untuk mengendalikan emosinya, akhirnya Profesor Gerald tidak lagi dapat berkata apapun kepada Sierra. Dengan menghempaskan jubah dokternya dengan keras, Profesor Gerald berbalik dan meninggalkan kerumunan orang-orang yang kebingungan. Menarik napas panjang, mata Sierra mengikuti kepergian Profesor Gerald dengan tatapan penuh kekecewaan dan harapan yang sirna, kemudian dia menggenggam erat jari-jari mungil Ans. “Antara kamu berpura-pura bodoh atau kamu memang benar-benar bodoh, kamu terlalu sombong Sierra, kamu menilai kemampuanmu terlalu tinggi, sampai-sampai kamu berani merendahkan Profesor Gerald? Apakah kau berharap dengan tingkah lakumu hari ini akan membuat Profesor Gerald akan terus mengingat dirimu? Berharap beliau kembali mengejarmu dan memohon-mohon agar kamu bersedia menjadi muridnya? Kuberitahu, seumur hidup kau tidak akan pernah lagi mendapatkan kesempatan seperti ini. Lupakan saja cita-citamu untuk menjadi seorang dokter.” Ucap Raymond dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya dan tubuhnya yang bersandar di tembok. Wajahnya penuh dengan senyum mengejek dan tatapan setengah menghina bercampur heran. Dalam diam, Sierra menganggukkan kepala membenarkan kata-kata Raymond. Sierra tentu sangat tahu sekali, apa akibat dari tindakannya menolak Profesor Gerald di depan umum, tetapi saat ini dia tidak memiliki pilihan lain. Lagipula… Perlahan tatapan Sierra beralih ke sepasang kekasih yang berpelukan mesra, dan seketika raut wajahnya menjadi dingin dan tatapan matanya tidak sedikitpun terlihat setitik emosi yang terpancar disana. Perlahan Sierra menundukkan kepala melihat ke arah Ans yang terus menerus menatap khawatir ibunya. Seberkas senyum lembut menghiasi bibir tipis Sierra dan perlahan dia menarik Ans pergi, berjalan keluar meninggalkan semuanya tanpa sekalipun menoleh. “Berhenti! Hei, Kau, aku sudah bilang berhenti!” Dari belakang Raymond berusaha mengejarnya. Ketiganya berjalan hampir berdampingan di sepanjang jalur menuju gerbang keluar Rumah Sakit. “Hei…apakah kamu sadar siapa orang yang baru saja kamu singgung?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN