Kalah Bertaruh dan Siap Menerima Kekalahan

908 Kata
Walaupun Sierra terlihat anggun dan tenang, lalu kenapa? Sierra pernah mendapatkan surat rekomendasi langsung dari Profesor Gerald, apa hebatnya? Dia pernah naik kendaran militer yang begitu mahal dan gagah, apa gunanya? Di mata Sophia, Sierra tidak lebih dari sekedar mahluk paling hina dan tak tahu malu yang pernah dia temui. Sophia menarik Ans dengan keras. Karena Ans menyadari kesalahannya kali ini, dia tidak menghindari cekalan tangan Sophia. Kuku tajam Sophia menggores tangan Ans dengan keras dan menimbulkan beberapa garis merah seketika di lengannya yang putih dan kecil. Mata Ans memerah seketika karena rasa sakit, tetapi sekuat tenaga ia menahannya sehingga tidak ada setetespun air mata yang jatuh. "Aku akan membawamu ke kantor polisi sekarang! Anak nakal sepertimu cepat atau lambat pasti akan masuk kepenjara, jadi daripada menunggumu dewasa dan berbuat kejahatan yang lebih besar, lebih baik sekarang aku yang membawamu ke kantor polisi." Sophia terus menarik Ans dengan keras dan tangan lainnya menekan nomor di handphonenya. "Halo Kantor Polisi." "Sophia!" Dengan cepat Sierra tersadar dari rasa kagetnya dan segera menarik Ans dari cengkeraman Sophia. Bertahun-tahun tidak bertemu Sophia, ternyata sifat sombong, angkuh dan selalu mau menang sendiri tidak berubah sama sekali, malah semakin menjadi-jadi. "Apa maumu?" "Aku tidak takut pergi bersamamu ke kantor polisi! Tetapi kamu tidak boleh memfitnah makanan Ibuku tidak sehat!" Meskipun Ans adalah anak seorang Jenderal termuda di negara ini, bagaimanapun ia hanyalah seorang anak berusia empat tahun, mana mungkin ia tidak takut mendengar ancaman akan dibawa ke kantor polisi. Tetapi demi membela dan melindungi Ibunya, dia berusaha untuk berdiri tegak dan mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk menutupi gemetar pada tubuhnya. "Apa yang aku inginkan?" Sophia tertawa sinis, menutup teleponnya dan sambil melihat kedua orang Ibu dan anak itu dengan tatapan dingin. Tiba-tiba, dia menyapu tumpukan kotak makanan yang sudah dirapihkan Ans sehingga jatuh berantakan dan menginjak-injak sekuat tenaga, bahkan sepotong daging yang terlempar ke dekat sepatunya, menjadi santapan lezat tumit setinggi 7 cm dari sepatu Sophia. "Melihat pembelaan anak ini yang begitu kuat tentang kebersihan makananmu, aku akan memberikan kakak kesempatan untuk membuktikan kepada semua orang disini." Sophia perlahan mengangkat kakinya dari tumpukan makanan yang telah ia injak dan menatap Sierra dengan pandangan setengah menghina setengah mentertawakan. "Makanlah makanan-makanan masakanmu ini kak. Buktikan kalau makananmu memang bersih dan sehat. Jika kamu bisa membuktikan itu, masalah tentang kekurang ajaran anak ini dan tasku yang rusak akan kuanggap selesai." Mendengar kata-kata Sophia, Ans sangat murka sehingga kali ini tubuhnya gemetar bukan karena takut, tetapi karena menahan amarah dan siap menerkam Sophia demi membela ibunya. Merasakan tubuh Ans yang menegang, Sierra segera meraih tangan kecilnya dan menggenggamnya dengan erat. "Kalau kakak tidak mau memakan makanan ini, sebagai gantinya anak ini yang akan memakan makanan penjara!" Sophia mengangkat dagu tinggi dengan sombong. Walaupun perkataan Sophia sangat keterlaluan, rumah sakit ini hanyalah rumah sakit kecil, yang jika tidak ada perintah khusus, tidak mungkin ada lulusan Saint Mirrae yang akan menginjakkan kakinya disini. Apalagi mendengar harga tas yang begitu mahalnya, tidak ada seorangpun yang berani gegabah untuk maju membela Sierra. "Jadi bagaimana kak? Kamu mau makan atau tidak?" Sophia semakin menaikkan nada suaranya melihat Sierra yang tetap terdiam. "Polisi tidak punya waktu hanya untuk mengurusmu seorang." "Ans, berbaliklah," ucap Sierra. "Ibu, tidak, jangan!" Ans yang mampu menahan tangis karena nyeri dan marah, tiba-tiba meneteskan air mata dengan deras mendengar perkataan ibunya. Sierra memeluk Ans dan membalikkan tubuhnya. "Jika Ibu belum mengijinkanmu berbalik, kamu jangan berbalik ya." ucap Sierra sambil mengelus kepala Ans dengan lembut. Sekuat tenaga Ans berusaha membalikkan badan, menolak perintah Ibunya, tetapi seorang dokter yang baik hati, memeluk Ans dengan erat dan menekan wajah Ans ke dadanya, dengan cepat baju dokter itu basah oleh air mata. Dengan susah payah sang dokter menahan gerakan tubuh Ans dan pukulan-pukulan tangan kecilnya yang meminta agar dilepaskan, untuk melihat ibunya. Lirih, sang dokter dapat mendengar suara Ans yang terus menerus memanggil Ibunya ditengah isak tangisnya. Semua orang yang ada disana mengerti arti nilai 500 juta bagi seorang wanita penjual nasi kotak yang harus berjualan sambil membawa anaknya. Hidup bukanlah sebuah kisah drama, dimana disetiap sang pemeran utama wanita sedang kesulitan, muncul seorang pahlawan yang sangat tampan, kaya raya dan mulia, yang mengulurkan tangan membantu. Semua itu hanya dongeng. Kenyataannya, seberapapun tinggi harga diri seseorang, ada kalanya, dia harus menelan harga diri tersebut untuk ditukar dengan hal lain yang lebih penting. "Ayo cepat makan, aku tidak punya waktu untuk menunggumu seharian!" Seru Sophia dengan tidak sabar, melihat Sierra kembali terdiam. Dengan cepat, Sophia mengarahkan kamera handphone nya ke Sierra dan mulai merekam. "Cepat makan! Kalau ada sisa sebutir nasi saja, aku pastikan anakmu akan aku antarakan ke kantor polisi dan masuk penjara." Sierra mengedipkan matanya perlahan, anehnya saat ini perasaannya begitu tenang, tidak sedikitpun ia merasa sedih ataupun ingin menangis. Lima tahun telah ia habiskan untuk bermimpi, mengharapkan mimpi yang tidak pernah menjadi kenyataan. Pada saat ia meninggalkan rumah kediaman Raeschell, ia telah berkali-kali mengingatkan dirinya, kalau dia sudah kalah bertaruh dan harus siap menerima kekalahannya. Sierra membungkkan badannya, perlahan mendekatkan wajahnya ke tumpukan makanan dilantai. Mata Sophia memancarkan pandangan yang menakutkan. Pada akhirnya, dengan tidak sabar, Sophia mengulurkan tangannya untuk menekan kepala Sierra. Saat kuku tajam Sophia nyaris menyentuh Sierra, tiba-tiba muncul sebuah lengan yang mencengkeram tangannya dengan erat. "Siapa yang berani menghentikanku? Apakah kamu sudah tidak mau bekerja lagi di rumah sakit ini?" Mata Sophia memerah menahan marah karena kesempatannya menyiksa Sierra dihalangi seseorang, lalu dengan kejam dia menambahkan, "Dengar, kalau kamu berani ikut campur, aku akan meminta direktur untuk segera memecatmu..."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN