Pria dan Napsunya

2195 Kata
Kandil tidak tau mengapa suami nya menjadi lebih pendiam dan semakin dingin saja. Sejak ia mengajak pria itu ke area permainan layang-layang. Pria itu hanya diam saja padanya. Memang sudah biasa, pria itu memang pendiam. Suami nya itu memang selalu memancarkan aura dingin dan menakutkan. Namun, kali ini berbeda. Entah mengapa, ia merasa kalau Dika memendam kemarahan padanya. Tapi kenapa?. Saat tiba di Villa tadi, suami nya langsung membuka laptop nya dan bergelut dengan entah apapun yang ada di dalam benda lipat itu. Sedangkan Kandil tidak terlalu memperdulikan nya. Karena ia terlalu lelah dan juga gerah. Jadi memilih untuk langsung masuk ke kamar mandi dan membersihkan nya. Lalu saat mereka makan malam yang ia masak. Dika masih dalam mode diam tidak membuka suara satu kata pun. Saat ia bertanya pun, pria itu tidak menjawab. Sampai membuat nya gondok sendiri. Dan setelah makan, lagi-lagi pria itu membuka laptop nya. Membuatnya semakin kesal dan bosan dengan rutinitas sang suami. Yang lebih sering terlihat duduk di depan laptop di banding duduk santai. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Dan, sepenglihatan nya atau se-pengamatan nya sejak dua jam yang lalu. Tidak ada tanda-tanda Dika akan menyelesaikan pekerjaan nya. Ia sudah mengantuk, sangat. Namun tidak bisa untuk tidur. Padahal tinggal memejamkan mata. Tapi, ia tidak bisa terlelap. Di lirik lagi pada Dika yang duduk di sofa yang ada di balkon kamar mereka. Apa Dika tidak merasa kedinginan berada di luar terus sejak dua jam yang lalu?.. tanya nya dalam hati. Ia menghela napas berat. Ada apaa dengan nya?. Kenapa tiba-tiba malah mencemaskan pria itu?. Hei. Pria itu suami nya, wajar jika ia cemas dengan rutinitas membosan kan suami nya. Kandil terus bergelut dengan peperangan batin nya. Dan mengambil keputusan untuk tidak bisa membiarkan terus menerus Dika di perbudak oleh pekerjaan seperti ini. Ia pun beranjak dari atas ranjang, berjalan ke arah lemari baju. Ia mengambil salah satu lingerie berbahan tipis dengan potongan pendek. Lalu mulai mengganti nya, lingerie terlihat seksi di tubuh nya. Memamerkan bahu dan juga kaki jenjang nya. Melirik lagi pada Dika diluar sana dengan seringaian nya penuh rencana. Ia berjalan ke ranjang, menarik selimut disana. Lalu memutuskan untuk menghampiri Dika di luar balkon kamar. *** Dika sedang asik berkutat dengan pekerjaan nya. Terlihat serius membaca beberapa email yang masuk. Kemudian membalas nya. Terkadang ia menelfon Luna sekertaris nya untuk meminta mengirimkan beberapa email pekerjaan nya. Hingga seseorang keluar dari dalam kamar. Membuat nya menoleh dan menatap orang tersebut. Kandil. Istrinya baru saja keluar dari dalam kamar mengenakan selimut tebal melilit tubuh nya. Ia mengernyit saat melihat Kandil berdiri di depan nya. Menatap kedepan. Ia memilih diam, kembali menunduk pada layar laptop nya. Sebuah email dari Luna masuk, ia membuka dan membacanya. Namun hanya bertahan dua menit. Karena di detik pertama, berikutnya ia mengangkat kepala nya lagi kedepan pada Kandil yang masih bertahan berdiri di sana. Dika mencoba untuk menunduk lagi menatap layar laptop nya. Dan mencoba fokus kembali. Namun, lagi-lagi itu hanya bertahan dua menit. Karena kemudian ia kembali mengangkat matanya menatap istrinya yang masih berdiri membelakangi nya. Merasa aneh dan juga tidak nyaman lagi. Ia mengenyampingkan laptop nya. Duduk rileks di sofa memandangi punggung itu. Dan Kandil menoleh kebelakang, menatap nya dengan senyuman yang membuat Dika harus mengerutkan kening nya. Wanita itu berjalan mendekatinya, kemudian duduk di pangkuan nya membuat Dika terkejut, tapi tidak di tunjukkan. Namun, Kandil puas melihat reaksi terkejut itu. "Sudah selesai?". Tanya Kandil dengan nada menggoda. Jemari nya sengaja mengusap leher bagian belakang suami nya dengan s*****l. "Tujuan kita kesini bukan bekerja. Tapi bulan madu. Mencoba untuk lebih tau satu sama lain. Tapi, kenapa kamu malah mendiam kan ku?". Dika masih memandangi Kandil dengan lekat. Pria itu memang selalu menatap nya seperti itu. Sangat fokus, seolah memang berpusat padanya. "Kamu marah, karena aku naik layang-layang itu?". "Tidak". Jawab Dika datar. "Lalu?" Tanya Kandil memainkan jari nya di kerah baju kaus yang di kenakan pria itu. "Aku tidak marah" jawab Dika lagi. Kandil diam, membalas tatapan suami nya. Mencoba menyelidik ke dalam mata itu. Namun, ia tidak menemukan apapun. Mata itu terlalu sulit ia masuk semakin dalam. Hanya membuatnya akan tersesat. Berbeda dengan Dika yang tidak melepaskan pandangannya dari Kandil. "Apa kamu selalu bersikap seperti ini pada pasangan mu? Mantan-mantan mu yang per-". "Aku tidak punya mantan". "Ha?" Respon Kandil bingung. Ia mencoba memahami maksud jawaban Dika. "Kamu.. oke, kamu tidak punya mantan. Lalu.. tunggu!. Kamu tidak punya mantan?!. Kamu selalu menjalin hubungan tanpa status?." "Tidak". Dahi Kandil kini yang berkerut bingung. Ia memandangi Dika, mencoba untuk menyelami mata pria itu. "Lalu apa?". "Tidak ada". Kandil semakin di buat bingung sekarang. Suami nya ini tidak memiliki mantan. Rasanya mustahil, mengingat Dika memiliki wajah sangat tampan, anak band yang sudah pasti di gandrungi banyak perempuan. Apa suami nya penikmat hubungan satu malam?. Bisa jadi, mengingat bagaimana lihai nya Dika di atas ranjang. Tapi, apa mungkin?. "Dik, sorry kalau kamu akan merasa tersinggung dengan pertanyaan ku. Tapi, aku cuma ingin tau. Kamu suka berhubungan satu malam dengan wanita random?". Tanya Kandil penuh ke hati-hati an. "Kenapa?". "Aku hanya ingin tau." "Kamu menyesal?". "Tidak" jawabnya lemas. Dika diam sejenak, memandangi wanita di depan nya yang entah sadar atau tidak sejak tadi terus menggoda iman nya. Ia bisa melihat sedikit sesuatu di balik selimut tebal itu. Bahu istrinya. Membuat fikiran nya mulai terkontaminasi oleh berbagai fikiran liar. Apa Kandil tidak mengenakan apapun di balik selimut itu?. Memikirkan itu membuat kepala nya langsung pusing. "Kandil". Dan ia tau suaranya mulai berat. Tangan nya ia masukkan kedalam selimut melalui celah. Dan, ternyata ada kain lain di dalamnya. Berarti Kandil tidak dalam kondisi polos di balik selimut. " Kamu bilang kita kesini mau bulan madu?". Dengan pandangan bingung wanita itu mengangguk. Pandangan suami nya mendadak berubah dingin bercampur sayu. Mata itu beralih dari matanya. Ia bisa merasakan selimut yang gunakan di tarik turun. "Bisa kita lanjutkan tujuan kita?". Tanya Dika menatap nya. Kandil menyungging senyum nya. Pria dan nafsu nya. Laki-laki memang akan lebih jinak jika menginginkan kepuasan diri. Apalagi jika berhubungan dengan s**********n. "Aku akan memberikan semua yang kamu mau saat ini, kalau kamu menjawab pertanyaan ku". Katanya semakin menggoda. Dika menelan ludah nya kesusahan. Apalagi, ketika jemari Kandil mulai bermain di dadanya. "Tidak". Kandil menatap bertanya. Dika mendekat hendak mencium nya. Namun, Kandil menahan bibir itu. "Tidak apa?". "Aku tidak pernah tidur dengan perempuan lain, selain kamu" jawab Dika menatap marah dan kesal. "Kamu bohong?". Tanya Kandil tidak yakin. "Terserah kamu" kata Dika kemudian. Kandil diam, memandangi Dika mencari kebohongan disana. Lagi-lagi ia menahan pria itu yang hendak menyentuh nya. Senang rasanya bisa bermain-main dengan gairah suami nya. "Aku tidak percaya". "Terserah kamu" jawab Dika marah. Kandil tersenyum senang mendengar raut itu. Ia semakin ingin menggoda suami nya itu. Terlihat jelas jika, Dika sangat mengingin kan nya. Membuatnya senang, bisa berkali-kali menembus pertahanan pria itu. Atau sebenarnya pria itu tidak berniat menahan diri sejak pertama. "Di luar dingin, bisa kita masuk kedalam". Pinta nya dengan nada manja. Dika memejamkan kedua matanya dengan kuat. Membuat Kandil langsung meleburkan tawanya. Pria itu langsung berdiri dan menggendongnya kedalam kamar. *** Malam ini Dika menyentuh nya lebih liar dan lebih kasar. Seperti singa kelaparan, memasuki nya dengan sangat liar. Membuatnya mendesah kencang. Gairah itu semakin membara, membuat seluruh ruang kamar menjadi panas. Dika terus memompanya dengan cepat. Membuatnya nya terus mengerang nikmat yang luar biasa. Sentuhan yang luar biasa, membuatnya tidak ingin suaminya berhenti. Meski ia telah mencapai puncak nya berkali-kali. Dengan mengikuti insting dan juga perasaan nya. Kandil memeluk suaminya dengan erat. Mengikis habis jarak diantara tubuh mereka. Ikut mengimbangi ciuman panas dan liar suami nya. Mengerang dan mendesah di sana. Di saat Dika masih terus memompanya di bawah sana. Bahkan, ia sampai mendorong suaminya agar mau bergantian dengan dirinya yang memimpin. Ia bisa melihat keterkejutan suami nya saat itu. Ia naik ke atas perut seksi itu. Lalu, memasukkan kejantanan suaminya kedalam milik nya. Rasanya aneh, tetapi nikmat. Tidak terlalu sulit, karena ia sudah keluar tiga kali tadi. Jadi sudah lebih mudah, ia meletakkan telapak tangan nya di d**a suami nya. Lalu mulai bergerak naik turun. "Argh!". Dika mengerang. Dan ia senang mendengar erangan yang begitu seksi. Ia meraih kedua tangan suaminya dan menggenggam nya. Hanya di saat seperti ini, ia bisa mengendalikan emosi suami nya. Kandil menyibak rambutnya ke samping, dan menunduk untuk mencium bibir Dika yang sangat menggoda nya. Di lumatnya dengan liar dan kasar. Bahkan, lidah nya lebih dulu menerobos nya. Dika bangun dari baringan nya. Kedua tangan itu menyentuh di tangah dadanya lalu merambat naik ke lehernya. Pergerakkan itu benar-benar mulus dan juga s*****l. Kemudian turun kembali ke pinggang nya. Kandil melepaskan ciumanya. Mengerang nikmat, Dika langsung melahap n****e nya. Menghisap nya lebih dalam. Membuat Kandil terus mendesah sambil bergerak naik turun di pangkuan suami nya. Memeluk kepala Dika agar lebih dalam lagi memasuki nya. Hingga pria itu mengerang, dan ikut membantu bergerak. Membuat Kandil tau jika Suaminya akan segera tiba. Dika langsung membalikanya lagi, kini Kandil kembali berada di bawah. Dika menusuknya dengan hentakkan-hentakkan kuat. Membuat ia nyaris menjerit sakit namun sangatlah nikmat. Pria itu mengerang, hingga ia menusuk lebih dalam dan menyemburkan semua benih nya didalam sana. Bersamaan dengan tubuh istrinya yang bergetar karena ikut sampai bersama nya. Kandil memeluknya dengan sangat kuat, dengan napas yang sama-sama tersengal. Badan yang sudah basah karena keringat. Namun ia tidak memperdulikan nya, ia bisa melihat senyum puas Dika sudah cukup. *** Di bawah selimut, Kandil dengan nyaman berbaring dalam pelukkan suaminya. Tangan nya bermain di atas d**a bidang itu. Malam sudah menuju pukul tiga subuh. Udara semakin terasa dingin, membuatnya semakin menyusup kedalam pelukkan Dika. Ia tersenyum, malam ini sudah mereka habis kan tiga ronde. Dan mungkin akan kembali berlanjut, mengingat Dika tidak terlihat lelah. "Suka?". Tanya Dika melirik jemari istrinya yang sejak tadi mengikuti garis kotak-kotak di perut nya. Wanita itu mengangguk, membenarkan letak kepalanya di d**a suaminya. Mendengar suara degupan jantung Dika yang berdetak tenang dan membuatnya nyaman. "Jadi, aku yang pertama?". Tanya Kandil lagi ingin memastikan. "Hm" Dika hanya bergumam. Ia merasakan usapan lembut di lengan nya. Membuatnya nyaman dan semakin tenang. Kandil tersenyum lagi, ada perasaan bahagia mendengar jawaban itu. Perut nya yang akhir-akhir ini sering seperti merasa mulas, tapi berbeda dengan biasanya. Ada banyak kupu-kupu yang tiba-tiba beterbangan di sekitarnya. Jantungnya berdebar cepat, namun ia menyukai nya. "who is your first love ?". Oke, ini mulai tidak nyaman. Menanyakan cinta pertama suami sama saja mau menyakiti diri sendiri. Cinta pertama adalah cinta yang penuh makna dan juga penuh kenangan. Walau pahit, akan selalu di kenang. Bukan?. "Kenapa kamu selalu menanyakan Cinta?". Tanya Dika bingung. "Memang nya kamu tau arti Cinta itu apa?". Lanjut Dika lagi. Kandil mengerut bingung, di angkat kepalanya dari d**a suaminya. Ia menoleh ke arah Dika, menatap pria itu dengan kebingungan dan keheranan. "Menurut kamu apa?". Tanyanya. Dika menatap nya lagi. Suami nya menatap nya sangat dalam dan hanya fokus padanya. Lalu Kandil melihat kedua bahu suami nya terangkat. "Buat ku, Cinta itu bodoh". Kedua mata Kandil langsung terbelalak tidak terima. Namun, Dika seolah tidak perduli. "Kenapa mikir gitu?" Tanya Kandil penasaran. Pasti ada alasan mengapa suami nya mampu mendefinisikan arti Cinta senkonyol itu. "Ya, benar kan!. Hanya karena Cinta banyak orang yang bodoh. Dengan mengatas nama Cinta banyak orang melakukan hal yang tidak penting. Dengan kata Cinta mereka bahkan terkadang melupakan kepentingan diri sendiri. Mereka terlalu menganggungkan Cinta, sampai-sampai lupa dengan logika. Bukan kah itu sesuatu pembodohan?." Jelas Dika. Kandil terdiam, memikirkan penjelasan suami nya. Ia tidak bisa menyangkal, menyalahkan atau membenarkan. Karena, setiap orang memiliki definisi masing-masing untuk Cinta. "What do you think?" Tanya Dika kemudian. Ia terdiam cukup lama, memandangi Dika dengan lekat. Kemudian mengulum senyum kecil. "Kamu belum pernah jatuh cinta?" Bukan nya menjawab wanita itu malah bertanya kembali. Dan Dika menjawab dengan mengindikkan bahu tidak tau. "Bagaimana kamu mengetahui kalau kamu sedang jatuh cinta?". Tanya Dika. Kandil tersenyum lebar, ia beranjak dari pelukkan suami nya. Menjadi duduk bersila, dengan menarik selimut untuk menutupi tubuh nya. "Kamu akan tau, Saat kamu membutuh kan nya seperti kamu membutuh kan udara. Saat dia jauh, kamu seolah akan mati karena merindukan nya. Saat orang itu hilang tidak dalam pandangan mu kamu akan merasa hampa. Kamu akan rela melakukan apapun untuk orang tersebut. Dan, saat kamu memejamkan mata ". Kandil menyentuh ujung kening suami nya. "Maka nama orang itu yang pertama kali muncul di fikiran kamu". Jelas Kandil dengan mempraktekkan nya sendiri. Namun, kemudian ia terkejut sendiri. Karena tiba-tiba jantung nya berdebar sangat cepat. Ia langsung kembali membuka kedua matanya dan langsung bertemu dengan mata suami nya. Saat itu lah, Kandil menelan ludah nya sendiri. Menggigit bibir bawah nya gelisah. "Hahahaha... Itu konyol Kandil!". Kata Dika tertawa. Kandil terdiam, masih memandangi suami nya. "Apa kamu merasakan nya?" Tanya Dika kemudian di sela-sela tawanya. Kandil mengangguk. Membuat pria itu terdiam. "Kapan?". Tanya Dika terkekeh meremehkan. "Now" gumam Kandil dengan suara pelan. Dika terdiam. Kandil juga, dan tiba-tiba hening. Lalu beberapa menit kemudian, Kandil kembali berbaring dan kembali menyusup dalam pelukkan Dika. Di sana ia merasa nyaman. Jantung nya berdebar, ia memejam kan mata. Dan nama itu muncul lagi. Lalu entah sesak dari mana yang menyusup, dan membuat air matanya jatuh. "Aku rasa, aku jatuh cinta sama kamu, Dika". Nah kan... Kandilll...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN