Harnes menatap pada Jessi, Johan, dan Ariel. Kebetulan sekali dirinya bertemu dengan mereka di salah satu restoran yang sangat disukai oleh istrinya, dia menatap pada Jessi dan Ariel dengan senyuman sinisnya. Harnes duduk di depan ketiganya lalu memainkan sendok yang ada di tangannya. “Kau pria miskin ternyata mampu juga untuk makan di sini,” cibir Jessi. Harnes mendengar penghinaan itu bukannya marah malah tertawa kecil, dia tidak masalah dikatakan miskin atau apapun yang penting dirinya bisa memberi pelajaran sedikit pada ketiga orang yang ada di depannya ini. Dia sangat geram sekali dengan apa yang dilakukan oleh ketikan orang yang ada di depannya ini. “Kau bisa berkata apa saja. Saya tidak akan marah padamu, bagaimana kalau saya sekarang memberikan sebuah permainan sedikit untuk