Sabtu Malam. Ivan dan Mamanya benar-benar datang. Ivan menemui di ruang tamu dengan mata masih setengah sembab. Ya, selepas maghrib tadi ia menangis sesenggukan. Sementara kedua orang tuanya sibuk berdiskusi di dalam kamar. Meski suara-suara mereka terdengar hingga keluar kamar. "Karena mereka mau datang malam ini, nggak mungkin juga Ayah nggak izinkan, jadi ya sudah kita temui dulu nanti. Tapi El, kalo kamu masih ngotot menolak lamaran Ryan dan memilih Ivan, nanti kalau rumah tanggamu ada masalah, jangan pernah datang ke Ayah atau Mamamu. Mengerti?" Hendi memberi ultimatum menjelang isya tadi. Ia akhirnya menyerah, putus asa dengan tingkah putri sulungnya. Lama El berpikir. Ia pun hampir menyerahkan begitu saja keputusan pernikahannya pada orang tuanya. Ia bergidik mendengar kalimat ter