Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Diana (POV) 3 bulan sebelum pernikahan "Sekali-kali pulang lah, Nak." Suara ibu, wanita paling sabar di dunia itu terdengar memohon. "Maaf, Bu. Sebentar lagi kan selesai, nanti Diana pulang." Kumainkan ujung kerudungku, gelisah. Tak nyaman rasanya membiarkannya menahan rindu. Tapi bagaimana lagi? "Ya sudah kalau begitu. Kamu sibuk ndak sekarang? Bisa telepon lama?" "Bisa, sih, Bu. Ini Diana lagi mau jalan pulang." Aku mulai melangkahkan kaki menyusuri lorong rumah sakit yang masih ramai menjelang senja. "Nak, kamu ingat Haris? Dokter yang dulu pernah merawat ibu waktu ibu sakit?" "Ingat, Bu. Kenapa?" tentu saja aku sangat ingat. Laki-laki yang jadi sering sekali berkunjung ke rumah sejak ibu pulang dari rumah sakit. Ke mana dia sekarang? Sudah enam tahun lebih tidak ada kabarnya. Hm