Akhir pekan, Bima dan Binar membawa Jiwa bermain di area bermain anak-anak sambil mereka makan siang di luar dan menghadiri janji temu dengan calon pengganti Binar.
“Aku kok nggak pernah tahu kamu punya temen dia, Bima?” tanya Binar sambil ia sesekali menoleh pada Jiwa yang mulai merangkak di lantai yang dilapisi playmat.
“Dia seniorku. Dulu dia yang awalnya punya ide itu dan aku yang punya uang untuk mengeksekusi idenya. Tapi setelah tahun pertama, dia pindah ke luar kota terus baru balik lagi ke Jakarta beberapa minggu lalu. Jadi karena dia termasuk co-founder, aku pikir dia orang paling cocok sekarang. Tapi masalahnya, aku nggak tahu dia bersedia atau enggak.”
“Menurut kamu dia bakal mau nggak?”
Bima terdiam sejenak. “Aku udah ngasih pengantar sih, tapi dia bilang keputusannya hari
