Bab 103. Lembut Namun Teguh

1105 Kata

Dua wanita itu duduk di teras belakang, jauh dari orang-orang. Ditemani sepiring cemilan dan dua gelas teh hangat. Keduanya tidak saling menatap, membiarkan tatapan mereka mengembara ke taman di belakang rumah. Ambar menyesap tehnya, melirik Ana sekilas. Belum ada yang memulai untuk bicara. Namun, saat Ambar sudah membuka mulut hendak berbicara, tiba-tiba Ana lebih dulu bersuara. “Aku… sangat mencintai mas Bram.” Suaranya lirih dan sedikit bergetar saat menyebut nama mendiang suaminya. Ambar menelan ludah. Ia mengangguk pelan, mengerti betapa besar rasa cinta Ana pada pria itu. Karena dirinya pun demikian. “Aku hancur saat mengetahui mas Bram memiliki wanita lain. Tidak, bukan hanya wanita lain. Tapi istri dan anak, sedangkan aku tidak bisa memberinya anak. Setidaknya… belum, saat itu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN