“Bagaimana rasanya tidak bisa mewujudkan mimpimu, Alin?” tanya Bima dingin dengan seringai tipis di wajahnya. Tanpa perlu dijelaskan dua kali, Alin langsung mengerti duduk perkaranya. Bimalah yang membuat Alin tidak bisa mengikuti pagelaran fashion itu. “Kenapa kamu melakukan ini, Bima?” sembur Alin geram. “Kenapa?” Bima mengulangi pertanyaan Alin. Ia berjalan memutari sofa dengan kedua tangan di dalam saku celananya. Seringai tipis di wajahnya masih terlihat jelas, begitu juga dengan tatapan tajamnya. “Iya, kenapa, Bima?” Alin menyalak galak, tak memedulikan orang lain yang juga ada di sana. “Bukankah harusnya aku yang bertanya begitu padamu? Kenapa kamu dengan sengaja menyerang istriku?” “Apa?!” Alin benar-benar tak percaya dengan apa yang ia dengar. Bima tidak perlu menjelaskan l