Arka menghempaskan lembaran slide presentasi ke meja, di mana lembaran tersebut yang sudah ketiga kalinya aku revisi dari pagi hingga sebelum jam makan siang. "Bisa kerja hari ini, Ra?" tanyanya dengan ekspresi wajah datar. Aku menggigit bibir bawahku menahan tangis. Dari tadi, entah beberapa kali aku melakukan kesalahan. Wajar jika Arka sepertinya agak kesal padaku. Kami sama-sama sepakat untuk profesional dalam bekerja, mengenyampingkan urusan percintaan. Sudah hamir 2 minggu ini pikiranku tidak tenang. Biasanya, aku masih berusaha untuk tetap fokus dalam bekerja. Lama-kelamaan aku semakin kepikiran karena belum menemukan solusi untuk masalahku. Dua hari yang lalu, aku sempat mengunjungi rumah sakit tempat aku melakukan kuretase dulu. Aku ingin bertemu dengan sang dokter yang menangan