Bagian 15

1020 Kata
Tiana menggeliat dalam tidurnya. Rasanya nyaman sekali ia akhirnya bisa tidur di atas kasur empuk setelah berhari-hari hanya tidur di kasur lantai yang tentunya rasanya tidak senyaman saat berada di kasur empuk ini. Apalagi ketika ia dapat memeluk guling besar hingga membuatnya merasa sangat nyaman. Tiana merapatkan tubuhnya menenggelamkan wajahnya pada benda hangat yang berada di depannya. Matanya terpejam dengan mulut seperti mengunyah sesuatu. Tiana tentu saja dapat merasakan angin dingin yang menerpa bagian pahanya karena memang selimut entah ada di mana. Tidak peduli akan hal itu tentunya ia mencari kenyamanan dalam guling besar yang ia peluk. Tiana membuka mulutnya kemudian segera mengunyah benda bulat seperti dot bayi. Sesekali bibirnya bahkan mengenai ujung benda bulat tersebut. Terdengar suara ringisan dan juga desahan di atas kepalanya membuat Tiana semakin memperdalam kulumannya pada benda itu. "Engh." Kening wanita itu mengerut saat ia merasakan geliat pada guling yang sedang dipeluknya. Detik berikutnya Tiana yang sedang memejamkan matanya langsung membuka lebar matanya ketika ia merasakan remasan pada pahanya. Wanita itu hanya dapat melihat kulit manusia yang berada tepat di depan matanya. Tanpa sadar giginya menggigit benda bulat tersebut kemudian menariknya hingga membuat remasan di bokongnya semakin terasa lebih kuat lagi. "Tiana, sadarlah. Kamu menggigit p****g saya," ujar sebuah suara, diikuti geraman tertahan. Segera Tiana melepaskan giginya dari benda itu kemudian memundurkan kepalanya hanya untuk menatap wajah Hadi yang tengah mengkerut entah apa yang dirasakan oleh pria ini. Tiana tercengang ketika menyadari jika yang ia kulum sejak tadi bukan permen melainkan p****g bulat milik pria itu. "Kamu memancing saya, Tiana," ujar Hadi dengan suara serak. Bagaimanapun dia tetap laki-laki yang memang membutuhkan hasratnya untuk disalurkan. Hanya saja ia tidak memiliki kesempatan tersebut. Hal ini dikarenakan ia masih kehilangan sosok wanita yang dicintainya juga ia belum mengenal terlalu jauh sosok Tiana yang saat ini berada dalam dekapannya. Tiana sekali lagi memundurkan tubuhnya dan menatap pemandangan di depannya. Wanita itu membelalakkan matanya lebar ketika melihat daster yang dikenakannya kini sudah mencapai pinggang. Sementara pahanya menindih paha Hadi dan jujur saja jelas ia bukan perempuan lugu yang tidak menyadari jika saat ini benda menonjol yang menggantung di bagian bawah perut Hadi menempel tepat di bagian bawah miliknya. Belum lagi sebelah tangan pria itu ia tindih, sementara satu tangan lagi kini berada di bokongnya yang hanya tertutup celana dalam tipis berwarna kuning. Posisi ini tentu membuat Tiana tercengang. Wanita itu bergegas mundur, kemudian segera mendudukkan dirinya untuk merapikan pakaiannya agar terlindung dari tatapan buas milik Hadi. Tiana mengedarkan pandangannya kemudian tatapannya langsung tertuju pada selimut yang berada di bawah tempat tidur di sisinya. Jelas selimut ini adalah miliknya yang ditendang mungkin karena terlalu nyenyak dan nyaman tidur. Sementara Hadi sendiri memperbaiki celananya, kemudian duduk di sebelah wanita itu. "Kamu tidurnya terlalu ganas." Hadi berkomentar seraya mengambil kaos singlet yang langsung dikenakan olehnya karena tadi malam sengaja ia lepas mungkin sudah menjadi kebiasaannya tidur untuk tidak mengenakan pakaian atas. "Namanya tidur nggak sadar," ujar Tiana, dengan wajah merah. Jelas ia masih perempuan normal dan memiliki sedikit rasa malu akan posisi mereka tadi. Tiana ingat bagaimana ia mengemut p****g milik Hadi yang pasti membuat pria itu merasa terangsang. Terdengar suara dengusan napas yang berat dari samping membuat Tiana yang wajahnya sudah memerah langsung menolehkan kepalanya. Lihat saja napas memburu dari pria itu, belum lagi keningnya yang mengerut, membuat Tiana sadar jika Hadi saat ini dalam posisi terangsang. Tiana yang sadar akan posisinya, belum lagi hormonnya sebagai wanita dewasa, akhirnya memilih untuk turun dari tempat tidur kemudian melenggang pergi menuju kamar mandi. Tiana belum siap kalau pria itu meminta haknya. Jelas, mereka sedang dalam keadaan berduka dan tidak baik melakukan hubungan suami istri meskipun jujur di dalam hatinya yang paling dalam Tiana agak menginginkannya. Ah, tidak. Buang pikiran kotormu itu, Tiana. Wanita itu menggeleng kepalanya dengan keras berusaha untuk menghalau pikiran kotor yang masuk ke dalam benaknya begitu saja tanpa izin. Tiana segera menyalakan shower dan berdiri di bawahnya. Wanita itu segera mengambil sabun dan membersihkan diri setelah membuka semua pakaiannya. Baru kemudian Tiana menyadari jika ia tadi langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa membawa handuk sama sekali ataupun pakaiannya. Tiana mengedarkan pandangannya ke sekitar dan menemukan handuk yang dikenakannya kemarin sudah berada di dalam keranjang dalam kondisi yang sudah basah. Wanita itu menggigit bibir bawahnya. Sementara suara ketukan di luar membuat Tiana semakin berdegup kencang. "Gue tahu kalau gue ceroboh. Tapi, kenapa harus se-ceroboh ini?" Tiana seperti cacing kepanasan bergerak ke sana kemari tanpa mengenakan sehelai pakaian pun. Ketukan di pintu semakin kuat membuat dia akhirnya dengan hati-hati membuka pintu dan hanya menyembulkan kepalanya menatap pada Hadi yang kini menatapnya kesal. "Kenapa kamu lama sekali? Saya sudah hampir kesiangan untuk berangkat ke kantor." Wanita di dalamnya justru terlihat meneguk ludahnya memperlihatkan kepalanya saja. Ekspresi wajahnya agak meringis membuat Hadi menatapnya dengan kening mengerut. "Kenapa kamu?" "Bisa minta tolong buat ambilkan handuk enggak, Mas? Saya tadi lupa bawa handuk dan pakaian. Ambil handuk aja di dalam lemari," ujar Tiana dengan hati-hati. Hadi yang mendengar mendengus kemudian segera membuka pintu lemari dan mengambil handuk berwarna putih yang terletak di bagian atas. Pria itu kembali dan menyerahkan handuk tersebut pada Tiana. Tiana mengambilnya kemudian segera memakai di tubuhnya. Jujur saja ia sudah cukup kedinginan karena ia sudah selesai mandi dari tadi namun belum bisa keluar dari kamar mandi. Handuk yang diambil pun hanya menutupi setengah paha dan menutupi bagian atas dadanya. Tiana membuka pintu kamar mandi dan melangkah keluar melewati Hadi yang langsung memejamkan mata ketika mencium aroma tubuh dari wanita itu. Apalagi ia melihat bagian setengah paha Tiana yang terbuka lebar di depan matanya membuat Hadi meneguk ludahnya dengan susah payah. "Astaga," gumam pria itu mengusap wajahnya. Segera ia melangkah masuk agar ia bisa mencuci wajahnya dan tidak memiliki pikiran kotor lagi. Sementara Tiana yang tidak merasa berdosa sama sekali memilih pakaian yang akan dikenakannya dan langsung mengenakannya. Hari ini Tiana ada rencana untuk berkunjung ke makam sahabatnya itu. Jadinya, ia harus bersiap sejak pagi. Baru kemudian Tiana berniat untuk mencari lokasi strategis untuk membuka toko karena wanita itu berniat untuk resign dan memulai usahanya di sini. Toh, ia juga tidak akan bisa lari lagi karena statusnya sebagai istri Hadi membuatnya terikat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN