“Ehmm.” Juna berdehem dan dia bisa melihat Sheya yang langsung menegakkan bahunya, tangannya mengusap air matanya terlebih dahulu sebelum membalikkan tubuhnya untuk menoleh ke arah Juna. “Kirain Mas pulang.” Ucap Sheya, yang saat wanita itu berbalik, sudah tidak ada lagi jejak air mata apalagi tatapan yang menderita, tatapannya berubah tenang, cenderung dingin saat bersinggungan dengannya. “Bukannya itu harapan kamu?” Juna mencibir, bibirnya bahkan mendecak keras, dan dia berjalan mendekat ke arah sang istri. “Ya memang.” Ucap Sheya dengan nada cueknya, jawabannya yang jujur dan terkesan masa bodoh membuat Juna kembali terkejut. Wanita itu, semakin berani saja! Pun dengan perubahan ekspresinya yang berubah secepat kilat, tadi menangis terisak-isak di depan putri mereka sampai tub