Juna mendekap Sheya semakin erat, dia mengecupi puncak kepala sang istri berkali-kali dengan air mata yang akhirnya jatuh. Merasa bersalah karena mengabaikan Sheya tadi bahkan meninggalkan Sheya tanpa kata di saat istrinya itu pasti sangat mengkhawatirkan keadaannya. Sedangkan Sheya terus memberikan usapan yang menenangkan pada suaminya itu. Napasnya sedikit tersengal saat dia menarik napas, sisa-sisa dari isak tangisnya tadi. Sheya merasa lega luar biasa karena Mas Juna sudah mau membuka pintu, Sheya pikir sang suami akan mengurung diri seharian atau bahkan lebih dari satu hari karena berita yang sangat mengerikan itu. “Maafkan, Mas, sayang. Maaf, Mas mengabaikan kamu.” Bisik Juna yang kini menangkup wajah Sheya dan mengecup keningnya, dalam dan lama. Sheya memejamkan matanya me

