"Ziva! Kenapa kamu menangis?" tanya Richard yang tiba-tiba saja ada di hadapannya. Ziva mendongakkan kepalanya. Dia melihat wajah tampan lelaki yang sudah baik padanya itu. "Kakak sudah pulang?" tanya Ziva memgalihkan perhatian. "Hei, kamu belum menjawab pertanyaanku?" kata Richard. Ziva yang tidak ingin merepotkan Richard memilih untuk memendam masalahnya. Lelaki itu sudah begitu banyak membantunya. Dan dia tidak ingin direpotkan lagi. Apalagi, Richard seorang dokter, dia tentu tidak mengerti soal perusahaan. "Tidak Kak, aku tidak apa-apa. Aku hanya teringat Papaku yang sudah meninggal saja," bohong Ziva. Richard hanya menganggukkan kepalanya. Dia memang sudah mendengar Papa Ziva yang baru saja meninggal. Dan sekarang, perusahaannya tengah bergejolak, entah apa sebabnya. "Ziva, aku