Pagi yang cerah mulai terlihat. Tapi tidak secerah hati seorang gadis cantik yang saat ini sedang berlari, ia terus menangis sepanjang jalan. Matanya bahkan sampai bengkak menandakan jika ia telah lama menangis. "Kakak, tungguuuu!" Tidak memperdulikan sahutan adiknya, Ana terus berlari. Lokasi itu, adalah yang terpenting bagi Ana saat ini. Setelah menempuh jalan hampir satu jam dengan kaki yang lecet-lecet akibat tidak pakai alas kaki, Akhirnya Ana berhenti di sebuah rumah mewah. Dengan tangan gemetar ia ketuk pintu rumah itu. "Ada yang bisa bibik bantu, Non?" tanya sang ART rumah tersebut dengan sangat sopan. Ana gelagapan, kehilangan buah hatinya kemarin akibat di aborsi membuat bicara Ana sedikit terganggu. Tak lama seorang gadis lain datang, gadis yang tidak jauh usianya dengan

