Gue mendengkus berkali-kali sambil menatap jam yang ada di pergelangan kiri. Notif chat sedari tadi nggak berhenti-hentinya berbunyi sampai gue bosan mendengarnya. Rencananya sore ini kami satu kelas mau pesta kecil-kecilan di rumah Arsen. Tapi, sampe waktu maghrib lewat, Pak Andrew nggak mau nganterin gue. Padahal gue sudah dandan rapi, semprot parfum sana-sini, kurang apa lagi? Sedangkan makhluk besar ini tengah berbaring di sofa sambil memainkan ponselnya. “Mas, anterin saya ke rumah Arsen! Temen-temen saya sudah pada ngumpul.” Tidak didengerin. “Mas?” Tidak dijawab. “MAS?!” Dari panggilan yang lembut, sampai teriak-teriak tapi tetep nggak digubris Pak Andrew. Nih bayi tua maunya apa, sih? Gue gemes banget, gemes pengen dorong dia ke sungai! “Kuping Mas Andrew dibawa sama Bu Lia