Empat tahun kemudian ... Sinar matahari merembes lewat cela gorden, aku sedikit mengernyit sebelum membuka mata. Pemandangan pertama yang kulihat adalah wajah Alea. Dia masih terlihat nyenyak dalam tidurnya, tanganku terulur untuk menghalau cahaya yang mengenai wajahnya. Dalam diam, aku terus memandangi Alea. Sudut bibirku sedikit terangkat saat mendengar dia menggumam. Perlahan aku mendekat dan mencium puncak kepalanya sedikit lama. Karena kelakuanku, Alea meleguh dalam tidurnya. Tidak lama, matanya terbuka menampilkan iris berwarna hitam. Dia terdiam beberapa detik, kemudian menyunggingkan senyuman yang menemani pagiku selama empat tahun belakangan ini. “Selamat pagi?” “Pagi juga, Mas.” Alea menggeliatkan tubuhnya dan bersiap untuk bangkit, tapi lebih dulu kutarik sehingga kembali
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari