Gugup, itulah yang Sultan dan Lintang rasakan. Lintang refleks berhenti melangkah sambil berpegangan pada pegangan tangga, sedangkan Sultan memilih mundur tanpa berani menatap Lintang. Kedua mata Sultan sibuk menatap lantai sekitar di lantai bawah tangga yang menjadi tujuan Lintang. “Mas ...?” panggil Lintang. “Mm ...?” Sultan memberanikan diri untuk menatap Lintang yang detik itu juga ia pergoki menjadi salah tingkah. Rasa canggung itu sungguh membuat mereka melakukan segala sesuatunya dengan kaku. Mereka seperti orang asing yang terjebak dalam perjodohan, kemudian dipaksa menerima keadaan dan berakhir dalam pernikahan. “Aku pikir Bunny,” ucap Lintang sambil mengerucutkan bibir. “Jadi kamu cintanya ke Bunny apa aku?” Sultan mengakhiri ucapannya dengan cemberut. Sambil mulai melangka