“Ya Alloh, Mas ... istigfar ....” Sudah tak terhitung Gio menghela napas dan juga memandangi wujud Bunny dari ujung kepala hingga ujung kaki. Baru saja, Gio terduduk lemas di sofa, sedangkan Bunny yang awalnya di hadapannya, buru-buru mengikuti. Bunny duduk di sebelah Gio. Gio mengamati posisi duduk Bunny yang sampai mengangkang. Karenanya, ia sampai jongkok guna membuat Bunny duduk lebih ayu sesuai wujudnya. “ “Lihat wujudmu, sekarang kamu jadi nenek-nenek yang harusnya tetap ayu,” tegur Gio masih sangat lembut, tapi yang ditegur malah terbahak tak berdosa atau sekadar tersinggung disebut nenek-nenek. “Ini buat acara sekolah, apa semacam karnaval agustusan? Agustusan masih lama, dan Mas pun sudah enggak sekolah, kan?” Gio menyikapi Bunny dengan sangat sabar, tak ubahnya ketika ia memp