Sudah dua puluh menit berlalu, tapi Akbar masih bengong. Zio yang duduk di hadapannya menjadi curiga, jangan-jangan, pemuda yang ia mintai bantuan pendapat itu malah tidur sambil melek. Apa jangan-jangan, si Akbar malah kesurupan? Pikir Zio yang lagi-lagi memastikan waktu melalui arloji hitam yang menghiasi pergelangan tangan kirinya. Demi memastikan, ia yang masih berkecak pinggang dan menatap gelisah Akbar, berangsur mencondongkan tubuhnya pada Akbar demi menatap saksama pemuda berhidung bangir besar itu. “Huaaaah!” teriak Akbar tiba-tiba bertepatan dengan wajah Zio yang sudah nyaris tinggal satu jengkal dari wajahnya. Zio yang telanjur terkejut, juga refleks berteriak tak kalah heboh dari Akbar, yang mana karena merasa kesal akibat dikagetkan secara tiba-tiba, Zio juga mengangkat mej