Tidak!— ini pasti hanyalah mimpi. Seorang Adnan Nabawi tidak mungkin melakukan hal-hal tercela, melebihi ciuman dipipi. Selama ini ia bahkan tak pernah melihat Adnan meninggalkan shalatnya ketika di kampus. “Ngomong sekali lagi kamu mau kawin lari! Cepet!” Apa ini sebenarnya. Ia merasa jika dirinya dan Adnan berada di dimensi lain, dimana hanya ada keduanya didalamnya. Sorot mata yang tajam. Kalimat tanya yang sarat akan amarah. Seluruhnya menerjemahkan sebuah ancaman, yang kapan saja akan siap dilayangkan padanya. Benarkah pria dihadapannya ini Adnan Nabawi? Mengapa dia tampak seperti orang lain. Ah, bukan orang, tapi malaikat yang sewaktu-waktu siap mengambil nyawanya. “Lol! Lolita!” Barulah ketika sepasang tangan menepuk-nepuk kedua pipinya, kesadaran Lolita kembali. Telinganya