[23] Hey, Mbaknya!

1544 Kata

Lolita membentur-benturkan kepalanya pada meja kelas. “g****k! g****k!” Racaunya membuat Melisa yang baru saja datang terheran-heran. “Kalau pinter bukan lo sih, Lol. Ada apaan lagi ini, Bestod?” tanya Melisa, ingin tahu kebodohan terbaru macam apa yang diciptakan oleh sahabatnya. “Huwaaa! Melkadot!!” Lolita membuka lebar-lebar tangannya, memeluk tubuh Melisa yang berdiri tepat disampingnya. “Perut gue, Mel! Perut gue nggak bisa diajakin buat pertahanin harga diri, hiks. Dasar cacing b*****t!” Masih segar dalam ingatan Lolita tawa renyah yang Adnan udarakan setelah mendengar demo para cacing diperutnya. Pemuda itu tertawa begitu lepas sembari menepuk-nepuk puncak kepalanya. Permulaan pagi yang sungguh menyebalkan. Meski sudah merasakan malu sampai ke ubun-ubun, para pendemo perutnya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN