Bab 16

2333 Kata

Pria itu berjongkok. Luka di lutut Kania ia sentuh, jari telunjuknya menekan bagian yang lecet. Refleks, Kania mundur dan menepis tangan pria tersebut agar menjauh dari lukanya. “Jangan, Om.” Kania meringis. Ia meniup pelan bagian luka itu beberapa kali, berusaha mengusir perih yang menjalar perlahan. Sementara itu, pria tersebut masih berada dalam posisi yang sama—berjongkok di hadapannya. Tatapan mata Biantara tak beranjak, menelusuri helai rambut Kania yang basah, meneteskan air hujan ke pipinya. “Berapa kali kamu keluar tanpa izin, hm?” Pertanyaan Biantara membuat Kania sontak menegang. Gadis itu mendongak, menatap wajah sang paman, melupakan rasa sakit di lututnya sejenak. Terlihat pria di depannya menatap penuh awas. Kedua lengan kemejanya digulung hingga siku, memperlihatkan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN