“M—maksud Om ... apa?” Tidak! Mustahil jika Biantara membicarakan hal yang mengusiknya. Wangi itu... samar, tapi cukup untuk membuat pikirannya berkecamuk. Ada sesuatu yang ia rindukan, namun justru menyesakkan d.a.da. Ingatan tentang malam itu datang seperti hantaman. Potongan-potongan peristiwa berkelebat di benaknya—buram, tapi cukup jelas untuk membuat kepalanya terasa berat. Setiap detail kecil, setiap bayangan yang muncul, menekan pikirannya hingga sesak. Semakin ia mengingatnya, semakin besar pula rasa penasaran itu tumbuh di benaknya. Biantara seperti terjebak dalam pusaran yang tidak ia pahami—seolah ada sihir halus yang menahannya untuk terus memikirkan gadis itu. Padahal, sebelumnya tidak pernah terjadi hal semacam ini. Ia tak pernah tertarik pada siapa pun, bahkan pada wan

