Di tempat Ara sebelum kejadian .... "Baka, baka, baka, Saska no baka, baka," umpat Ara tiada henti. Saat beberapa waktu lalu Saska mengatakan tak bisa pulang, ia benar-benar kesal, marah bahkan menangis. Ia mengambil nafas panjang, mengembuskannya perlahan dan mengusap air matanya kasar. Dan alhasil, mulutnya merapalkan mantra umpatan setidaknya untuk mengurangi rasa kesalnya. Ia tidak ingin menjadi wanita cengeng dengan mudah terbawa suasana hati dan menangis. Ara mengambil tas dan mengecek apakah buku kehamilannya sudah siap atau belum. Dan setelah memastikan tidak ada yang terlupa, ia memutuskan pergi ke rumah sakit sendiri tanpa menunggu Saska sampai besok. Namun saat membuka pintu, saat itu juga kakak iparnya, Tara, telah berdiri di depannya. "Kak Tara?" Tara hanya melempar senyu