Sungguh, Lova juga enggan terus memikirkan tingkah aneh Galen, tapi otaknya tidak bisa berhenti untuk tidak berisik tentang pria itu. ‘Ah, persetan dengan kelakuan pria itu, Lova.’ Lova mengumpat dalam hati, dia semakin memiringkan tubuhnya membelakangi Galen yang juga hening dalam menyetir, memilih memejamkan matanya saja dan pura-pura tidur, syukur jika dia bisa tertidur walau rasanya mustahil, dia hanya ingin cepat sampai rumah. Hingga sentuhan ringan di bahunya membuat Lova kembali tersentak, Galen sudah mencondongkan tubuhnya untuk melihat keadaannya. “Ayo turun, makan dulu.” Ucap Galen membuat Lova kembali mengernyit dalam. Kenapa harus mampir ke rest area? Padahal kan cuma dua sampai tiga jam perjalanan? “Kita belum makan siang.” Ucap Galen yang sudah keluar dari mobil, pr