Lova sibuk membongkar isi tasnya dengan kepanikan yang semakin terlihat jelas di wajahnya. Keningnya mengernyit dalam, mengingat-ingat jika sebelum berangkat ke rumah mertuanya, semua barang yang dia butuhkan sudah dia masukkan semua. Dia yakin itu. Tapi ke mana obat tidurnya? Kenapa tidak ada? Dia sudah mencarinya tiga kali. Tapi tidak ada sama sekali. Bahkan mencari-cari ke kolong meja, ranjang dan sofa, takutnya jatuh saat Lova membongkar tasnya, tapi tidak ada juga. Tubuhnya sudah lelah, pikirannya juga penuh dan kepalanya pening karena sesak di hati melihat sang suami pergi mengejar wanita lain. Lova hanya ingin tidur nyenyak sampai besok. Dia mendesah frustasi dan tanpa sadar menjambak rambutnya. “Kemana, si?!” Lova menggeram kesal, rasanya ingin menangis, entah menangis kare