“Apa aku harus belajar masak?” gumam Cita sambil menatap telur yang baru dipecahnya di atas wajan anti lengket. Libur bulan madu mereka telah selesai dan sudah waktunya kembali pada kehidupan nyata. Mau tidak mau, kali ini Cita benar-benar menjalankan peran sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga pada umumnya. Tidak ada asisten rumah tangga ataupun sang mami yang menyiapkan sarapan seperti biasanya. Karena itulah, Cita agak terbebani dengan tugas barunya sebagai istri. “Kamu nggak bisa masak sama sekali?” Arya baru ingat, jika Cita selama ini hidup menempel pada Sandra. “Bisa, tuh.” Bibir bawah Cita mencebik ke arah wajan. “Aku bisa goreng telur, masak air, masak mi instan. Terus ... bikin makanan yang dimakan papa.” Arya menghampiri Cita sambil menghela samar. Ia mengambil alih spa

