“Lihat anak kita, sayang.” Suara Mas Alan membuatku yang tadinya sedang mengecek ponsel, seketika menegakkan kepala. Aku menatap lurus ke depan, lalu tersenyum. Di depan sana, Daffa sedang dikerubungi beberapa teman perempuannya. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi yang jelas, Daffa benar-benar laki-laki sendiri. Kepalanya menyembul di antara yang lainnya. “Mereka ngapain, sih, Mas?” “Biasa, cewek-cewek pada caper.” “Hah?” “Ini cuma tebakanku. Soalnya dulu aku pengalaman.” “Ah ... aku baru paham.” Mataku menyipit sesaat. “Dasar, Mas ini!” Semula, Daffa belum tahu kalau aku dan Mas Alan sudah datang menjemput. Namun, begitu dia melihat mobil kami, seketika dia menerobos keluar kerumunan. Langkahnya tampak tegas dan cepat. “Judes amat, Kak,” ucapku tepat ketika Daffa masuk mobil
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari